Kemarin (11/6) aku melihat sebuah acara biro jodoh di salah satu stasiun televisi swasta. Aku hanya melihat sekilas saat sedang menggonta-ganti channel, tapi kemudian aku tertarik dan menontonnya sebentar. Yang menarik saat itu adalah sebuah pertanyaan yang dilontarkan oleh seorang pria kepada 2 wanita pilihannya, untuk dijawab dan jawaban itu nantinya akan menjadi pertimbangan si pria dalam memilih siapa wanita yang cocok dengannya. Pertanyaan yang diberikan si pria adalah, “Kalau disuruh memilih, kalian lebih memilih karier atau keluarga?”
Sebenarnya itu adalah pertanyaan klise yang sering diperbincangkan dan aku sendiri sudah sering mendengarnya. Bahkan ketika SMA (ciyee yang udah lulus~ xD), kelompokku pernah mengangkat hal ini sebagai tema dalam debat saat pelajaran Bahasa Indonesia. Lalu apa jawabannya?
Perempuan pertama menjawab, dia memilih karier, tapi bukan berarti dia tidak peduli dengan keluarga, hanya saja dia akan membagi fokusnya antara pekerjaan dan keluarga. Sementara perempuan kedua lebih memilih keluarga, karena dalam hubungan sebelumnya dia telah mengedepankan karier. Pada akhirnya, si pria memilih perempuan kedua meski menurut mata saya perempuan pertama lebih cantik (bukan berarti perempaun kedua jelek loh yaa~).
Di sini yang akan aku ulas berasal dari sudut pandang wanita dengan mengesampingkan apa yang sebenarnya lebih diinginkan pria kebanyakan.
Aku sendiri, dengan pola pikir remaja berusia 18 tahun, ketika dihadapkan pada pertanyaan seperti itu maka akan menjawab, “Awalnya saya tetap fokus juga pada pekerjaan. Saat sudah memiliki anak, saya akan fokus pada keluarga. Sebagai ibu rumah tangga, saya akan membuat kegiatan-kegiatan sederhana tapi juga menghasilkan, mungkin seperti membuka usaha online.” Itu pendapatku sekarang, mungkin akan berubah dalam 7 tahun mendatang seiring dengan bertambahnya umur dan berkembangnya pola pikir.
Wanita yang memilih karier tidak salah. Mereka mempertimbangkan masa depan. Dengan kedua orang tuan yang bekerja tentu pendapatan keluarga akan meningkat dan hal itu baik untuk kondisi ekonomi keluarga, terutama untuk anak. Anak bisa sekolah hingga tinggi, bisa ikut les ini-itu, semuanya demi kebaikan sang anak itu sendiri. Tapi yang kemudian menjadi pertimbangan adalah, bisakah membagi waktu dengan seimbang antara karier dan keluarga, agar dapat berjalan selaras, supaya keluarga tidak merasa kehilangan sosok istri dan ibu, juga supaya pekerjaannya tidak keteteran? Jawabannya ada pada Anda sekalian.
Tentu tidak ada ibu yang ingin anaknya lebih dekat dengan babysitter daripada ibunya sendiri. Dengan memilih fokus pada keluarga, wanita bisa mencurahkan seluruh waktunya untuk keluarga, untuk suami dan anak-anak. Ini pun merupakan pilihan yang baik.
Lantas mana yang harus dipilih antara karier dan keluarga?
Aku tidak bisa mengatakan mana yang lebih baik. Karier dan keluarga, keduanya sama-sama memiliki sisi positif dan sisi negatif. Pilihan terserah pada Anda, semua wanita di dunia. Aku yakin Anda—yang akan dan sudah menikah— telah dewasa dan dapat memilih serta memutuskan mana yang terbaik yang Anda pilih sesuai dengan pola pikir Anda. Yang tak kalah penting juga, jangan lupa untuk meminta pendapat dan merundingkannya dengan keluarga khususnya pasangan hidup Anda. :)
(Seri Perempuan di Abad 21)
12 Juni 2013
DO
NOT TAKE OUT WITHOUT PERMISSION.