4 Mei 2013

Orang-orang Berkendaraan Bermotor


            Meningkatnya kasus kecelakaan, terutama yang melibatkan pengendara sepeda motor, semakin hari semakin meningkat saja. Dan semakin meningkat pula keseriusan akibat dari kecelakaan itu. 
            Tidak hanya lingkup kota kecil bernama Purbalingga ini saja, di berbagai daerah di seluruh Indonesia pun angka kecelakaan semakin meningkat, dan tak sedikit yang  melibatkan kendaraan roda 2 juga. Sebenarnya apa penyebabnya?
            Yang utama menurut saya adalah bertambahnya jumlah kendaraan bermotor. Saya yakin, semakin hari ada saja orang yang memiliki kendaraan bermotor baru, minimal adalah sepeda motor. Bahkan hal seperti memiliki lebih dari 1 sepeda motor adalah hal biasa bagi masyarakat yang semakin konsumtif ini. Bukti nyata jumlah kendaraan bermotor semakin meningkat ialah, sering kali saya mengalami yang namanya tidak bisa menyeberang jalan. Setiap saya turun dari angkot dan akan menyeberang jalan menuju ke rumah, waktu yang dibutuhkan bisa mencapai 5 menit padahal
jarak yang ditempuh kurang dari 10 meter. Saat satu sisi jalan sepi, sisi jalan yang lain ramai oleh truk atau bus yang lewat. Saat truk atau bus jarang, sepeda motor yang dikendarai murid SMA bersliweran. Bukankah terdengar menggelikan kalau untuk level sebuah jalan di desa Bukateja tarafnya mulai bisa disamakan dengan jalanan ibukota?
            Yang kedua ialah masih lemahnya praktek penegakan hukum di lapangan. Sering saya melihat anak-anak, dibawah umur 18 tahun yang masih duduk di bangku SMP bahkan SD, mengendarai sepeda motor dengan santainya tanpa menggunakan helm. Oke, mungkin mereka hanya berkeliling di sekitar kompleks rumah mereka, tapi bukankah hal buruk bisa terjadi kapan saja, dimana saja, dan menimpa siapa saja? Mungkin juga anak-anak kecil itu tidak menjadi korban langsung sebuah kecelakaan, tapi bagaimana kalau mereka menjadi penyebab yang mencelakakan orang lain? Justru hal itu lebih berat hukumannya, ‘kan? Mami pernah menjadi korban dari anak-anak kecil yang mengendarai sepeda motor seenak jidat mereka. Beruntung hanya sepeda motornya yang lecet dan rusak sana-sini, tidak sampai menyebabkan luka parah.
            Rendahnya kepedulian masyarakat Indonesia terhadap angkutan umum menyebabkan keinginan tiap individu untuk memiliki kendaraan pribadi semakin tinggi. Saya sebagai pengguna setia angkutan umum tiap kali berangkat dan pulang sekolah acap kali mendengar curahan hati para supir angkutan umum yang mengeluhkan semakin banyaknya angkutan umum yang beroperasi tapi tidak diiringi dengan meningkatnya jumlah penumpang. Tentu saja para supir angkutan umum itu patut resah, karena di tengah semakin tingginya taraf hidup manusia dan semakin tingginya persaingan untuk bertahan hidup, masyarakat umum justru lebih suka kredit motor daripada harus bolak-balik naik angkutan umum. Kalau Anda termasuk yang sering melihat drama Korea, Anda bisa dengan mudah menemukan fakta bahwa angkutan umum seperti bus disana terlihat sangat nyaman dan masyarakat pun akan berpikir 2 kali untuk memiliki kendaraan pribadi.  Padahal, jika Anda lebih memilih untuk naik angkutan umum daripada membawa kendaraan sendiri, Anda sudah berperan banyak dalam meminimalisir polusi gas, ditambah pula Anda membantu para supir angkutan umum itu mendapatkan nafkah hidup.
            Di tahun 2013 ini saya merasa kesabaran menjadi hal langka yang sulit ditemukan. Menunggu sebentar saja sudah mengeluh. Melihat antrean panjang, langsung mengeluh. Melihat lampu lalu lintas menunjukkan warna kuning, bukannya memperlambat laju kendaraan tapi malah memacu kendaraan, bahkan jika sudah muncul warna merah, tanpa ragu diterobosnya aturan yang menyuruh untuk berhenti itu. Itu adalah contoh nyata dari ketidaksabaran seseorang dalam berkendara. Apa sulitnya menunggu beberapa detik sampai lampu hijau menyala? Bukankah bayarannya lebih mahal jika sesuatu yang buruk terjadi saat kita melewati lampu merah itu? Beberapa hari lalu seorang teman bercerita, bahwa di pagi hari saat dia sedang dalam perjalanan ke sekolah, dia melihat kecelakaan terjadi dan penyebabnya adalah seorang pengendara yang ngebut menerobos lampu lalu lintas. Meski tidak terjadi hal yang serius, tetap saja hal tersebut berbahaya dan beresiko tinggi.
          Lantas apa yang patut kita lakukan?
            Orang sering mengatakan, perubahan yang besar dimulai dari perubahan yang kecil yang berasal dari tiap pribadi manusia. Ada baiknya, sebelum pemerintah mulai membenahi praktek penegakan hukum, kita memulai terlebih dahulu dengan mendisiplinkan diri sendiri. Peraturan yang ada, khususnya dalam hal ini yaitu peraturan lalu lintas, ada bukan untuk dilanggar tetapi untuk dipatuhi. Perlambat laju kendaraan saat lampu lalu lintas menunjukkan warna kuning, dan berhentilah saat lampu merah. Jangan mengendarai kendaraan bermotor sebelum memiliki surat izin dan usia yang cukup. Marilah kita mulai perubahan yang besar, dimulai dari diri kita sendiri. Toh kita sendiri juga yang nanti akan menuai hasil dari kedisiplinan diri kita.
            Sebuah adegan dalam manga Detektif Conan karya Aoyama Gosho, jilid 51, menjadi bagian yang pas untuk menutup tema yang saya angkat ini. Digambarkan, Profesor Agasa, Conan dan teman-temannya pergi ke pantai untuk mencari kerang. Genta, seorang teman Conan, bersemangat untuk mengambil banyak kerang. Namun Profesor Agasa mengingatkan sebuah peraturan bahwa setiap orang hanya boleh mengambil kerang paling banyak 2 kg. Genta yang kesal berkata, “… apa orang-orang mematuhinya?” Dengan bijak Profesor Agasa menjawab, “Yang penting sikap orang masing-masing. Kalau kamu terlalu banyak mengambil belut, terus jumlah belutnya berkurang, kamu juga yang akan repot kalau tak bisa makan belut lagi, ‘kan?”

0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.

Followers

ABOUT ME

Foto saya
Im a HUMANOIDS, not A-N-D-R-O-I-D~! I ♥ TVXQ. Fan of Lee Min Ho. Support VR46. Love watching SHINHWA Broadcast. :) me YUNJAE-shipper. not really into KPOP, but interest in JPOP esp ARASHI. member of GARUDA SIPIL 2013. ALWAYS KEEP THE FAITH!