• Always Keep The Faith!

    The five of us working together could be consider as fate. Five different people feeling as one, happiness multiplied by five, sorrow is just 1/5. This is called happiness. To me, TVXQ is just like a family, a home. No matter how far we’re separated, we’ll come back together one day. TVXQ is just such an important place for us. - U-know Yunho, Fujin kouron magazine 2009

  • Are you envied at us?

    This red ocean is belong to Cassiopeia and TVXQ, just for your information.

  • Humanity Strongest's Soldier

    Thanks to you, Rivaille, for looking so DAMN HOT although you're 160cm. xD /kicks/

31 Maret 2014

SKANDAL - Chapter 11 (END)

SKANDAL
Chapter 11 (END)

-xxx-

Park Yoochun melangkahkan kakinya cepat-cepat menuju ruang guru ketika dirinya baru saja teringat sesuatu yang penting. Sebenarnya Yoochun sudah mengingat-ingatnya sejak tadi pagi dia akan berangkat ke sekolah, namun baru sekarang ingatan itu kembali muncul dalam benaknya. Beruntung siang ini Yoochun sudah tidak ada jam mengajar, jadi dia punya waktu bebas sampai pulang sekolah nanti.
            Setengah berlari, Yoochun melirik sekilas ke arah jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya. ‘Hampir waktunya. Aish… sepertinya sudah mulai,’ batinnya panik.
             Dengan segera, Yoochun menerobos masuk begitu saja ke dalam ruang guru, menarik perhatian beberapa pasang mata yang ada di sana. Suasana ruang guru di saat jam mengajar tak terlalu ramai, hanya ada beberapa guru yang memang sedang tidak ada jam mengajar yang duduk di sana. Dan sekarnag ini, hanya ada 3 orang guru termasuk sahabatnya yang tengah duduk di kursi masing-masing. Dan ketiga orang itu menatap Yoochun heran.
            “Yah, Jung Yunho,” seru Yoochun dengan nada yang agak tinggi begitu matanya bertemu pandang dengan mata sipit Yunho.
            “Apa?” sahut Yunho cepat dengan nada kesal dan alis yang bertaut.
            Tentu saja kesal. Bagaimana tidak? Yoochun yang tiba-tiba masuk ke ruang guru, lalu langsung saja memanggilnya dengan setengah berteriak seperti itu. Memang apa masalahnya?
            Yoochun segera menghampiri sahabatnya yang sejak selesai jam makan siang tadi sibuk membaca buku. Dengan muka serius, Yoochun menatap Yunho tajam, mengundang kerutan dalam di dahi Yunho.
            “Apa?” tanya Yunho lagi. Melihat tingkah aneh rekan kerja sekaligus sahabatnya ini membuat Yunho kesal tapi juga penasaran. Sepertinya ada sesuatu yang sangat penting.
            Yoochun mengatur napasnya sejenak. Agak lelah juga meski dia cuma berlari kecil dari toilet menuju ruang guru yang jaraknya tak begitu jauh. Sementara Yunho masih menatapnya dengan tatapan bingung bercampur kesal.
            “Yun,” katanya pelan sambil menepuk pundak kiri Yunho, “Ikut aku sekarang.”
            “Eh?” tandas Yunho cepat, dia masih belum bisa membaca situasi sekarang, “Kemana? Memangnya ada apa?”
            “Sudahlah, ikut saja,” jawab Yoochun dengan nada malas, “Aku malas menjelaskannya.”
            “Tapi—”
            Belum sempat Yunho menyelesaikan kalimat protesnya, Yoochun sudah menarik lengannya kuat dan membuatnya berdiri seketika dari tempat duduknya. Yunho hanya bisa bergumam tidak jelas sembari meletakkan bukunya asal karena Yoochun langsung menyeretnya berjalan keluar dari ruang guru.
            “Yah Park Yoochun, aku bisa jalan sendiri,” erang Yunho kesal sambil melepaskan cengkeraman tangan Yoochun pada lengan kirinya.
            Yoochun yang melihat Yunho sudah memasang muka kecut langsung melepaskan cengkeramannya dan berkata dengan nada tegas, “Ikut aku ke kantin.”
            “Mau apa?” tandas Yunho cepat seraya menghentikan langkahnya, membuat Yoochun yang beberapa langkah di depannya ikut berhenti.
            Yoochun berdecak kesal melihat Yunho yang sedang sangat tidak bisa diajak berkompromi hari ini, “Sudah, ikut saja dulu. Aku jelaskan nanti,” katanya dengan nada tidak sabar, sambil matanya melirik cemas ke arah jam tangannya.
            Yunho yang masih tidak mengerti juga, hanya berdiri terpaku di tempatnya sambil memandang Yoochun lekat-lekat, berusaha menerka apa yang tertulis di wajah sahabatnya itu.
            Sementara Yoochun yang sudah habis kesabarannya langsung saja menarik lengan Yunho lagi agar berjalan mengikutinya. Meski Yunho protes dan meronta, Yoochun tetap menyeret namja itu menuj ke kantin. Ini adalah urusan penting yang mendesak. Dan Yoochun sedang tidak ingin membuang waktu sekarang.
            Suasana kantin sepi begitu kedua namja sebaya ini sampai di sana. Hanya ada beberapa orang wanita berusia antara 40-50 tahun yang bekerja sebagai penjaga kantin yang ada di sana. Mereka pun tampak sibuk dengan pekerjaan masing-masing —membersihkan meja, mencuci piring, menata makanan ringan di rak, dan hal bersih-bersih lainnya—, sehingga hanya menatap sekilas ke arah Yochun dan Yunho yang memasuki kantin.
            Yunho yang sudah lelah menggerutu dan meronta sejak tadi akhirnya memilih untuk diam dan membiarkan Yoochun membawanya. Langkah kaki mereka baru berhenti ketika mereka sampai di depan sebuah televisi berukuran sedang yang ada di kantin.
            Yoochun membalikkan badannya dan menatap Yunho dalam, lalu melepaskan cengkeraman tangannya dari lengan Yunho kemudian berkata, “Lihat itu.”

21 Maret 2014

SKANDAL - Chapter 10

SKANDAL
Chapter 10

-xxx-

Two days later
Seoul, 01.16 p.m
            Kim Jaejoong duduk dengan gelisah di ruang tunggu. Berkali-kali dia mengubah posisi duduknya, bangkit berdiri lalu berjalan mondar-mandir di ruangan seluas 4 x 4 meter tersebut. Matanya beberapa kali melirik ke jam tangan yang ada di pergelangan tangan kirinya. Kedua tangannya bertaut dan saling meremas. Jantungnya berdegup cukup cepat tak beraturan. Bulir-bulir keringat di pelipisnya membuat Jaejoong harus menyekanya dengan sapu tangan beberapa kali. Kim Jaejoong sedang merasa gugup sekarang.
            Bagaimana tidak gugup? Saat ini dia sedang menunggu waktu untuk memulai konferensi pers yang sudah dia dan Junsu atur diam-diam tanpa sepengetahuan agensinya. Ini memang bukan konferensi pers-nya yang pertama, tapi entah kenapa Jaejoong merasa sangat gugup sekarang. Sekalipun sudah memantapkan hati dan mempersiapkan segala sesuatunya, tapi tetap saja kegugupan dan kegelisahan melanda Jaejoong hingga detik ini.
            Rasa gugup ini bukan karena tindakannya yang termasuk dalam tindakan melanggar peraturan agensinya, melainkan gugup karena yang akan Jaejoong lakukan sekarang adalah sesuatu yang besar dan bukan masalah sepele. Jaejoong sudah tidak terlalu peduli dengan agensinya itu, otaknya terlalu sibuk memikirkan apa yang akan terjadi saat dan setelah konferensi pers ini berlangsung. Mungkin lebih pada antisipasi diri.
            Kalau dipikirkan lagi, yang dilakukan Jaejoong ini mungkin bisa disebut sebagai tindakan mengkhianati agensi yang telah berperan banyak dalam membesarkan namanya dalam industri musik Korea Selatan hingga sekarang. Terdengar seolah Jaejoong tidak tahu diri, bak kacang lupa kulitnya. Jaejoong tidak memungkiri, bila bukan karena agensinya, mungkin dia tidak bisa berada di posisi ini sekarang. Tapi masalah sekarang bukan tentang balas budi atau semacamnya, melainkan soal apa yang benar dan apa yang salah.
            Jaejoong mendudukkan tubuhnya lagi di sofa berukuran sedang yang ada di ruangan itu setelah berjalan tak tentu mengelilingi ruangan. Berusaha mengusir kegelisahan, Jaejoong menghirup udara dalam-dalam lalu menghembuskannya perlahan. Hal itu dia lakukan sampai beberapa kali.
            Jaejoong berdiri lagi, lalu kembali melihat jam tangannya. Kakinya mulai melangkah lagi sembari mengingat-ingat apa saja yang akan dikatakannya nanti di depan para wartawan. Semalaman Jaejoong sudah menyusun kata-kata untuk diucapkannya siang ini, maka dari itulah jangan sampai ada hal yang terlewatkan olehnya. Hal yang tidak perlu pun tidak seharusnya dikatakan. Cukup bicara seperlunya saja.
            Jaejoong sedang sibuk merapal kata-kata yang sudah disusunnya ketika kemudian terdengar suara pintu diketuk. Kaki Jaejoong seketika berhenti bergerak dan pandangannya menatap lurus ke arah pintu. Sedetik kemudian, pintu mengayun terbuka dan Kim Junsu masuk ke dalam.
            Dengan sebuah tablet di tangannya, Junsu berjalan menghampiri Jaejoong. Keduanya hanya terdiam untuk waktu yang cukup lama. Saling menatap dan berusaha menyelami perasaan masing-masing. Tak dapat dipungkiri, Junsu juga merasa sangat gugup sekarang. Perasaannya campur aduk, hampir sama seperti yang Jaejoong rasakan.
            “Sudah waktunya, Jaejoong-ah,” kata Junsu beberapa saat kemudian.
Diberdayakan oleh Blogger.

Followers

ABOUT ME

Foto saya
Im a HUMANOIDS, not A-N-D-R-O-I-D~! I ♥ TVXQ. Fan of Lee Min Ho. Support VR46. Love watching SHINHWA Broadcast. :) me YUNJAE-shipper. not really into KPOP, but interest in JPOP esp ARASHI. member of GARUDA SIPIL 2013. ALWAYS KEEP THE FAITH!