• Always Keep The Faith!

    The five of us working together could be consider as fate. Five different people feeling as one, happiness multiplied by five, sorrow is just 1/5. This is called happiness. To me, TVXQ is just like a family, a home. No matter how far we’re separated, we’ll come back together one day. TVXQ is just such an important place for us. - U-know Yunho, Fujin kouron magazine 2009

  • Are you envied at us?

    This red ocean is belong to Cassiopeia and TVXQ, just for your information.

  • Humanity Strongest's Soldier

    Thanks to you, Rivaille, for looking so DAMN HOT although you're 160cm. xD /kicks/

21 Oktober 2012

I Am Legend


I Am Legend adalah film sains fiksi horor tahun 2007 yang disutradai oleh Francis Lawrence dan dibintangi oleh Will Smith. Film ini adalah adaptasi film ketiga dari novel Richard Matheson tahun 1954, I Am Legend, setelah film yang berjudul The Last Man on Earth tahun 1964, dan film The Omega Man tahun 1971. Smith berperan sebagai Robert Neville yang kebal, dan merupakan satu dari manusia yang selamat dari virus yang bersumber dari obat penyembuh kanker. Dalam kesendiriannya yang hanya ditemani seekor anjing betina yang bernama Samantha, ia berusaha untuk membuat obat bagi manusia yang mengubah menjadi zombie yang sensitif terhadap sinar matahari.




***

            Film yang satu ini juga sangat layak untuk ditonton. Film ini bagus, percaya deh~! ^^ Sinopsisnya ga kepanjangan, jadi silahkan dibaca.
            Aku nonton film ini udah lama, tapi kemarin-kemarin nonton lagi pas ditayangkan di Global TV. Berhubung filmnya memang bagus, jadi aku nonton lagi. :) Dan lagi-lagi aku terpukau dengan Will Smith sebagai seorang yang sangat keren di film ini. <33 adegan="adegan" aku="aku" dan="dan" kembali="kembali" mati.="mati." nangis="nangis" p="p" pas="pas" samantha="samantha" t__t="t__t">
            Dari film ini kita bisa belajar banyak. Selain belajar nilai berkorban demi orang lain, kita juga diingatkan pada eksistensi Tuhan dalam hidup kita. Awalnya Robert Neville tidak lagi percaya pada Tuhan setelah kematian keluarganya dan setelah insiden zombie yang menyerang NYC ini. Tapi kemudian datang seorang perempuan dengan seorang anak kecil yang berniat mengajak Robert Neville ke tempat aman yang jauh dari zombie. Robert Neville menolak, dia bilang ingin terus melakukan penelitian untuk menemukan obat penyembuh zombie. Perempuan itu bialng dia datang karena panggilan Tuhan, tapi Robert Neville tidak percaya. Dan momen paling mengharukan adalah saat zombie mengepung Robert Neville, perempuan, dan anak kecil itu di ruang bawah tanah yang jadi laboratorium penelitiannya. Untuk sesaat Robert Neville terdiam menatap zombie yang menggila itu, hingga akhirnya dia menyerahkan tabung berisi obat yang sudah berhasil ditemukannya kepada si perempuan dan menyuruh perempuan beserta anak kecil itu untuk kabur lewat lorong rahasia. Sementara dia sendiri akan berlari menuju kawanan zombie itu sambil membawa granat dan berniat meledakkan dirinya dan menghancurkan kawanan zombie itu sehingga perempuan dan anak kecil itu bisa selamat.
Kata-kata terkahir yang keluar dari mulut Robert Neville adalah bahwa dia telah mendengar panggilan Tuhan. :)
Untuk selengkapnya, nonton filmnya aja ya. ^^



Rebirth as. . .


Aku baru nonton SHINHWA Broadcast episode 28 yang ada Super Junior sebagai bintang tamunya beberapa waktu lalu.

Dan ada yang menarik di episode itu untuk kupikirkan.
Kalau kamu bisa dilahirkan kembali, kamu ingin menjadi orang seperti siapa?


            Kalau aku ada di posisi anak-anak SJ dan harus memilih mau jadi siapa di SHINHWA kalau bisa dilahirkan kembali, aku bakal memilih untuk jadi Junjin. :) Kenapa? Alasannya sederhana saja, selain tinggi dan ganteng, menurutku Junjin adalah tipe orang yang menjadi matahari bagi orang lain. Dan aku pengin banget bisa jadi kaya gitu. Dekat dengan siapa saja, bisa membawa kebahagiaan dan keceriaan di tengah orang-orang, dan kehadirannya selalu dinantikan oleh orang lain. Pengin banget bisa kaya gitu~ ^^
            Fantasi tentang reinkarnasi ini memang pernah terlintas di kepalaku. Beberapa kali malah. Dan yang paling kuingat adalah, aku pernah membayangkan kalau aku jadi adiknya Jung Yunho. Nah lo? XD Membayangkan kalau aku ada di posisinya Jung Jihye, punya kakak yang jadi makhluk paling ganteng abad ini—Jung Yunho—, mungkin rasanya seneng banget. :) Tapi mungkin juga ada sisi sedihnya, soalnya Yunho itu kakakku, otomatis aku ga bisa nikah sama kakak sendiri kan?? XD /slaps
            Memikirkan kembali tentang ingin terlahir lagi sebagai siapa, aku akhirnya memutuskan untuk tetap menjadi seorang Kristalicia Rizki seperti sekarang. :) Sebenarnya aku meninjau tentang beberapa sosok temanku, tapi kurasa aku bahagia dan cukup puas dengan aku yang sekarang. Misalnya saja kalau aku memilih jadi Dinda yang cerdas dan doyan ngocol itu, mungkin aku bakal senang menatap tiap kertas ulanganku hampir tak pernah menyentuh atau lebih rendah dari batas KKM. Tapi lalu aku berpikir lagi, Dinda kan ga tahu DBSK, jadi mungkin kalau aku terlahir kembali dan jadi Dinda, aku bakal punya rasa penyesalan. Atau kalau aku jadi seperti Arinal yang bisa sampai OSN Kimia tingkat nasional, mungkin aku bakal sedih juga karena waktuku bersama teman-teman sekelas berkurang banyak. Kalau aku jadi anak orang yang sangat kaya, mungkin aku ga bakal merasakan sensasinya menabung dan rela ga jajan di sekolah demi beli sesuatu. Jadi anak presiden? Mungkin aku bakal tertekan karena status tinggi itu.
            Jadi kesimpulannya? Syukurilah apa yang ada sekarang, apa yang kamu miliki, dan apa yang telah kamu lalui. Menjadi diri sendiri itu tetap yang terbaik. Mungkin kalau kesempatan untuk terlahir kembali benar nyata, aku akan memilih untuk kembali menjadi diriku, sama seperti di masa lalu. Tapi tentunya, aku ingin memperbaiki apa yang kusesali di masa lampau.

 -rebirth wheel-


20 Oktober 2012

The Ring

Siang ini aku pulang sekolah, naik angkot, dan duduk di sisi sebelah kiri yang dekat pintu. Aku pulang sendirian, ga ada teman ngobrol di angkot, dan aku cuma bisa duduk termenung. Kadang menengok ke jendela dan memperhatikan pemandangan di samping jalan. Sesekali menatap lurus ke depan, melihat hitamnya aspal jalan. Kebanyakan cuma tertunduk dan menekuri sepatu-sepatu yang berjajar di angkot.

            Dan yang menarik perhatianku kali ini adalah cincin. Di seberangku duduk seorang ibu yang kayanya sih PNS. Beliau duduk sembari memangku tasnya, dan kedua tangannya berada di depan tasnya. Kulit ibu itu sawo matang, jadi cincin yang melingkar di jari tengah tangan kanannya terlihat cukup menarik perhatianku.
            Yang pertama melintas di pikiranku, sebenarnya pakai cincin kawin itu di tangan kiri apa kanan? Dulu aku kira itu terpasang di jari manis tangan kanan, tapi setelah dipikir baik-baik, sepertinya itu terpasang di jari manis tangan kiri. Dan aku memutuskan untuk mengenakan cincin kawinku nanti di jari manis tangan kiriku. :)
            Terus, aku teringat sama beberapa temanku yang memang suka pakai cincin di jarinya. Aku bukan tipe anak perempuan yang suka pakai cincin, gelang, dan hal-hal semacam itu di tanganku. Paling banter ya pakai jam tangan. Dan kalau aku pribadi, aku memang ga suka pakai cincin, soalnya aku merasa kalau umur se-aku ini pakai cincin, meski cuma buat fesyen, rasanya ga pas. Di otakku udah terbentuk pikiran kalau cincin adalah sesuatu yang spesial, yang hanya akan aku kenakan setelah menikah nanti. Tapi buat yang suka pakai cincin meski belum nikah, ga ada salahnya kok. ^^v
            Filosofi cincin cukup banyak menurutku. Ingat pas artis Nia Ramadhani menikah dengan pewaris grup Bakrie? Aku ingat, kalau ga salah di masing-masing cincin yang mereka pakai itu ada darah mereka masing-masing, dan dipakai berlawanan —cincin yang ada darahnya Nia dipakai suaminya, dan sebaliknya—. Itu berita yang kudengar, kalau memang benar adanya.
Cincin berarti ikatan. Apalagi dalam pernikahan, cincin bisa disimbolkan sebagai pengikat di antara sang suami dan istri. So sweet banget ga sih~ :3 Apalagi kalau di luar negeri, ada budaya yang cowok melamar kekasihnya sembari berlutut di depan si cewek, tangannya menyodorkan kotak berwarna merah marun yang terbuka dan ada cincin di dalamnya, lalu berkata, “Will you marry me?” Bisa dipastikan kalau yang bilang itu untukku adalah Jung Yunho, aku bakal pingsan atau lebih buruknya mati di tempat. XD

Mari berangan-angan, 10 tahun lagi, atau mungkin kurang, bisa lebih, siapa yang bakal menyematkan cincin itu di jari manis kalian, sembari tersenyum tulus penuh kasih menatap kalian? :)



Indonesian version of BoA


            Siapa yang ga kenal BoA? Kalau kamu bukan kpopers, itu sah kalau kamu ga tahu BoA. Tapi kalau kamu kpopers dang a kenal BoA, itu artinya kamu fans yang ga hormat sama sunbae idolamu. Idolamu bisa berkarir di Jepang, bisa rilis single Jepang, bisa konser di Jepang, dan lainnya, itu karena BoA.
            BoA-lah yang membuka jalan buat para artis Korea bisa berkarir di Jepang sampai sekarang. Wanita cantik ini memulai semuanya dari nol. Dan waktu pertama kalinya dia debut di Jepang, dia ga pakai translator sama sekali. Dia harus berusaha dan bekerja keras di Jepang itu. Jadi buat para kpopers, semuanya aja, patut berterima kasih pada diva cantik satu ini. :)
            Bernama lengkap Kwon BoA, wanita cantik bersuara emas ini lahir tanggal 5 November 1986. Dia debut diusia yang sangat muda, 13 tahun. Dan setelah debutnya itu, BoA makin sukses dan karir bermusiknya terus menanjak, hingga ke kancah internasional. Pokoknya kalau bicara tentang BoA, pasti ga jauh-jauh dari prestasi dan pencapaian yang luar biasa keren.
Me really proud of her~! ^^
            Kemarin malam di AnTV ada cara bertajuk Love, Life, Music sekitar jam 8 malam. Acara ini khusus tentang seorang penyanyi Indonesia yang terkenal sampai ke luar negeri. Siapa dia?
Agnes Monica.

            Acara itu khusus mengulas tentang Agnes Monica. Terdiri dari perform-perform nya yang membawakan lagu-lagu hitsnya, baik yang enerjik atau pun yang mellow, dan wawancara singkat seputar Agnes Monica. Acara ini baru selesai sekitar jam 10 malam.
            Pas nonton acara ini, sesuatu terlintas di benakku. Kurasa Agnes Monica mirip sama BoA. Bisa dibilang Agnes Monica itu versi Indonesia-nya BoA. Iya ga sih??
Acara Agnes semalam mengingatkanku dengan acara comeback show-nya BoA waktu dia comeback ke blantika musik kpop dengan album ketujuhnya yaitu Only One. Kedua acara itu mirip, dengan tema mengulas satu diva cantik yang memiliki sejuta prestasi. Ada penampilan mereka juga wawancara singkat. Iya kan mirip?? ^^
Lagipula kedua wanita itu juga banyak kesamaannya. Sama-sama pandai bernyanyi, sama-sama cantik, sama-sama sukses berkarir di luar negeri, dan sama-sama terlihat charming. :)
Untuk kedua unnie-ku ini, BoA dan Agnes Monica, teruslah berkarya ya. Jangan hanya berhenti sampai disini. Kami semua menunggu masing-masing dari kalian berdua untuk membuat sebuah gebrakan baru di dunia musik. :)”



P.S
Kalau ada yang ga setuju dengan artikel ini, ga usah bashing ya. Terima kasih banyak.

14 Oktober 2012

Cellular




Cellular is a 2004 thriller film directed by David R. Ellis and starring Kim Basinger, Chris Evans, Jason Statham and William H. Macy. The screenplay was written by Chris Morgan, Larry Cohen (who also scripted Phone Booth) and J. Mackye Gruber.

            The film opens with Jessica Martin (Kim Basinger), a high school biology teacher, talking to her son Ricky, while escorting him to the school bus. After she returns home, mysterious assailants enter her home through the back door, kill her housemaid, kidnap her, and confine her in the attic of their safe house. Ethan (Jason Statham), the gang leader, smashes the attic's telephone to prevent her from contacting anyone. She has no idea who the kidnappers are or what they want. She pieces together the broken phone and randomly makes a connection. She reaches the cell phone of Ryan (Chris Evans), who has just been dumped by his girlfriend, Chloe (Jessica Biel), for being irresponsible. He believes the call is a joke, but Jessica persuades him to go to the police. At the police station, Desk Sergeant Mooney (William H. Macy) tells him to go to the detectives on the fourth floor. He begins to lose the signal in the stairwell, so he turns back to avoid losing the connection.
            Meanwhile, Ethan returns to the safe house and asks Jessica about something she doesn't know. When Jessica tells him that she doesn't know, he tells her that he is going to get her son. Ryan, who overhears them, is now convinced that the kidnapping is real. After Ethan leaves, she tells Ryan to reach her son's school before they do. Unfortunately, he is too late, and her son is kidnapped. Ryan hijacks a security officer's car and gives chase. Because his cell phone's battery is dying, he drives to a shop for a charger. After being repeatedly redirected from counter to counter, he uses a gun from the security vehicle to hold up the store and get the charger.
            Sgt. Mooney, meanwhile, decides to check on the kidnapping claim. He uses the Department of Motor Vehicles records to find Jessica's address, but when he comes to her house, a woman meets him, telling him that she is Jessica and everything is fine. Believing it to be a false alarm, he leaves. It is revealed that the woman is Dana Bayback (Valerie Cruz), an accomplice of the kidnappers.
            Ethan returns to the safe house and asks Jessica for the location of a place called "The Left Field", where her husband, Craig, was. He reveals that he has Ricky and threatens to kill him if Jessica does not tell him what "The Left Field" means. She tells him that "The Left Field" is a bar in Los Angeles International Airport. As Ethan leaves, she tells Ryan that they have gone to get her husband. A cross-connection between phone lines causes Ryan to grab a nearby lawyer's (Rick Hoffman) cell phone as well as his car after his is destroyed. Jessica urges him to find her husband, and at the airport, he tries to stop the kidnappers by planting the gun under one of their jackets. The gun trips the alarm and security intervenes, but the kidnappers flash police badges and soon apprehend Craig. Ryan and Jessica realize that Ethan and his gang are police officers. After viewing a news report, Mooney identifies Ryan and calls Jessica's home. When he hears the voicemail greeting, he notices that Jessica's voice on the answering machine is different from that of the woman he met.
            Craig is brought into the attic and is forced to reveal the location of a videotape. He tells them that it is in a bank safe deposit box. Ethan and his friends, Dimitri (Eric Etebari) and Deason (Matt McColm), go with Craig while another kidnapper stays on guard. Ryan also reaches the bank, and when the kidnappers retrieve the video camera, Ryan grabs it and flees to the roof. However, he accidentally drops the cell phone off the roof, smashing it to pieces. He manages to escape in a taxi, and while watching the videotape learns that Craig accidentally shot footage of Los Angeles Police Department Detectives Ethan, Mad Dog (Brendan Kelly), Dimitri, Bayback, Deason, and Jack Tanner (Noah Emmerich), a friend of Mooney, robbing and murdering drug dealers. Ryan steals the lawyer's car again and gets back his own cell phone.
            Mooney returns to the Martin residence, where Bayback shoots at him, injuring him. He retaliates and kills her but learns, to his dismay, that she was a cop, too. Meanwhile, Mad Dog stumbles upon the phone line Jessica is using. Angered, he attacks her, but Jessica kills him by cutting his brachial artery, causing him to bleed out in seconds. She attempts to escape with her son, but Ethan returns with Craig hostage and stops her. Before Ethan can do anything, Ryan uses his cell phone's memory to contact Ethan and makes a deal directly over the phone: the videotape in exchange for the Martin family. Upon learning of the meeting, Tanner convinces Mooney to go so that he can identify Ryan.
            The deal goes down at the Santa Monica Pier. Ryan tries to handle it his way in disguise, but his ex-girlfriend accidentally exposes him, after which Mooney is able to finger him. While Tanner sends Dimitri to help Mooney get needed medical attention, he takes Ryan to Ethan. Ethan destroys the video recording and Tanner radios the order to kill the Martins, although Deason in the van suggests they wait until they get to the safe house.
            However, Mooney overhears the radio transmission from Dimitri's radio and realizes that Tanner is one of the kidnappers. Ryan escapes, following a distraction by his friend Chad (Eric Christian Olsen), while Dmitri attempts to kill Mooney, but Mooney overpowers and handcuffs him. Tanner and Ethan confront Ryan in a boathouse, where Ryan knocks out Tanner, but Ethan beats him up with his superior fighting skills until Mooney intervenes. After a brief cat and mouse game, Ryan, wounded, notices that Ethan has circled behind Mooney, and helps Mooney by calling Ethan's cell phone (revealing that Ryan's phone somehow was not water damaged after his jumping into the river). The ring of the cell betrays Ethan's hiding place, and Mooney promptly shoots him dead. As Ethan falls, he looks dumbfoundedly at Ryan ... and then at Ryan's cell phone, the "weapon" that got him killed.
            Meanwhile, Jessica manages to strangle Deason with her handcuff chain from the rear of their van, then frees her husband and son. But Deason was merely stunned, and aims his gun at them. Ryan intervenes and smashes him around until he is unconscious.
While Ryan and Mooney are being treated by medics, Tanner is also exposed, because Ryan had copied the video recording onto his cell phone, and the Martin family is set free. Jessica finally gets to meet the man who has risked his life saving her and her family. Ryan's only request is that she never call him again.

Sinopsisnya kepanjangan ya? Pakai bahasa Inggris lagi. :p Aku coba cari sinopsis dalam bahasa Indonesia ga nemu, jadi copas yang ini aja. Kalau ngetik sinopsisnya sendiri juga agak malas sih, hehe. ^^v
Film ini bagus dan patut ditonton buat kalian yang suka film action, soalnya adegan action disini cukup banyak dan cukup menegangkan. Sebenarnya ini film lama, tapi aku baru tahu pas beberapa waktu lalu ditayangkan di Global TV.
Jadi singkatnya, film ini mengisahkan tentang seorang laki-laki yang tiba-tiba mendapat sebuah panggilan telepon di ponselnya dari seseorang yang ga dia kenal. Ternyata orang yang meneleponnya itu bilang kalau dia butuh bantuannya dan bilang kalau dia akan dibunuh. Lalu apa yang dilakukan pria itu? Untuk cerita selengkapnya mending nonton filmnya aja, oke? :)

29 September 2012

Hanya Indonesia!



“Cuma di Indonesia yang punya kebiasaan “tidur siang”. Ternyata pembiasaan kemalasan sudah dimulai sejak dini,” kata Pak Purwodianto, seorang guru sejarah yang suka mengutarakan pemikiran-pemikiran kritisnya di saat pelajaran dalam kelas.
            Siang hari itu, jam sejarah yang menjadi pelajaran terakhir sebelum bel pulang berbunyi. Berhubung kondisi anak-anak yang berada di antara ngantuk, lapar, dan malas, membuat suasana kelas di sekitar jam 1-an itu agak suram. Tapi tampaknya Park Purwodianto tidak habis akal untuk membuat kami -aku dan teman-temanku- tetap konsentrasi selama pelajaran, yaitu dengan kebiasaan suka menunjuk anak secara acak dan menanyai mereka, atau dengan mengangkat topik hangat yang sedang ramai dibicarakan, tentu saja masih ada kaitannya dengan materi (meski cuma sedikit).
            Dan siang itu, kata-kata Pak Purwo membuatku tersadar dan berpikir. Benar juga!
            Cuma Indonesia yang punya kebiasaan tidur siang. Cuba kita menengok negara-negara seperti Amerika Serikat, Jepang, dan lainnya. Lalu perhatikan kehidupan orang-orang yang tinggal di negara itu. Apa saat siang hari mereka beristirahat di rumah? Kebanyakan (atau sebagian besar) dari mereka bekerja sampai malam, dan baru tidur setelah itu. Pelajar pun belajar di sekolah sampai sore hari. Jadi mereka tidak ada waktu untuk tidur siang.
            Tidur siang itu tidak buruk. Khasiatnya pun baik, karena dengan tidur siang itu berarti kita mengistirahatkan tubuh sejenak, dan bisa mengembalikan energi kita. Beberapa organ tubuh pun bisa meningkatkan kinerjanya saat kita tidur siang.
            Tapi, bukankah tidak ada salahnya bagi kita, orang Indonesia, untuk mencoba mengubah mind-set kita tentang tidur siang? Marilah kita coba untuk melakukan sesuatu yang lain saat kita punya waktu luang di saing hari. Lakukan saja hal-hal yang ringan tapi berguna, misalnya membaca buku, atau bersih-bersih kamar.
Waktu akan terus berjalan dan tidak akan bisa kembali, bukan?

Sekarang kita teman~ :)


Akhirnya aku mengatakannya setelah kurang lebih 3 tahun! :)
Tulisan ini memang khusus dipersembahkan untuk kedua temanku, Fitri dan Vienda. Apa kalian membaca ini? :) Buat Fitri, aku udah bilang langsung ke kamu jadi mungkin ga asing. Buat Vienda, aku belum menemukan waktu yang pas buat menyampaikan ini jadi aku belum bilang langsung ke kamu. Mungkin nanti. :)
            Fitri, Vienda, apa kalian ingat pernah seangkot sama aku, dulu pas kita masih sama-sama SMP? ^^
            Aku ga tahu apa kalian ingat atau ga, atau apakah kejadian ini terkenang di benak kalian atau ga. Tapi yang pasti, buat aku sendiri, aku ingat dengan jelas dulu kita pernah seangkot.
Dulu kita belum saling mengenal seperti sekarang. Dulu, pas aku lihat kalian di angkot, yang pertama muncul di batinku adalah wajah kalian yang antagonis itu. :Dv Eh beneran loh, di mataku kalian itu terlihat sebagai orang yang jutek, judes, atau apalah itu namanya. Peace ya, Fit, Vien~ :) *pasang puppy eyes*
            Eh ga tahunya, di SMA kita ketemu, dan kita jadi berteman sampai sekarang. :)
            Aku juga masih ingat, pertama kali aku ngomong sama Fitri itu dulu pas aku ketemu Hanina dan dia lagi sama kamu. Pas kita ketemu di daerah sekitar ABC itu, yang kalau ga salah kamu lagi nemenin Hanina nyari hairnet. Ingat ga, Fit? Itu pertama kalinya aku kenalan sama kamu secara resmi. :)
            Kalau Vienda, waktu itu pertama kali yang ngajak ngomong itu kamu, pas kita seangkot dan masih pakai baju SMP meski statusnya udah jadi anak SMA. Waktu itu Vienda tanya, “Kamu anak SMA 1 ‘kan?” Dan sejak itu kita jadi kenal. :)






“Dulu kita sama sekali tidak mengenal, menyapa saja tidak pernah. Tapi siapa sangka, ternyata Tuhan membuatku mengenal kalian berdua. :)”



20 September 2012

Ambidextrous

Pernah dengar kata "Ambidextrous"?? Mungkin buat kita yang orang awam, jarang banget atau baru sekali ini dengar kata yang buat diucapkan aja susah.


Ambidextrous atau Ambidexterity adalah keadaan dimana seseorang bisa menggunakan kedua tangannya (kanan dan kiri) untuk bekerja. Maksudnya, orang yang ambidextrous itu bisa menggunakan kedua tangannya secara seimbang. Misal bisa menulis dengan tangan kanan atau tangan kiri, dan hasil tulisannya pun sama.
Orang dengan ambidextrous yang natural ini sangat jarang, hanya 1 dari seribu orang. Dan di era odern sekarang, kebanyakan orang kidal belajar untuk "menggunakan" tangan kanannya, dan kemudian menjadi seseorang yang ambidextrous. Biasanya mereka belajar di sekolah, atau pekerjaan yang menuntut mereka untuk menggunakan tangan kanan. Peralatan sehari-hari, misal gunting dan alat pembuka kaleng, memang didesain khusus untuk orang yang menggunakan tangan kanan, hal ini pula yang membuat orang kidal berusaha menggunakan tangan kanan mereka sebagaimana mestinya. Kita juga bisa menemukan orang yang menggunakan tangan kanannya, berubah menjadi ambidextrous karena cedera / kecelakaan. Tapi ada juga segelintir orang yang berusaha untuk menggunakan tangan kiri mereka secara maksimal dan menjadi ambidextrous.
Orang-orang seperti Michaelangelo, Albert Einstein, dan Leonardo da Vinci ternyata seorang yang ambidextrous loh.











Buat kamu yang pengin belajar jadi ambidextrous, berikut tips-tipsnya :
1. Latihan dengan apa yang biasa kamu lakukan sehari-hari. Misal biasanya kamu mengambil sesuatu dengan tangan kanan, maka gantilah dengan tangan kiri. Atau, biasanya kamu pegang mouse komputer dengan tangan kanan, maka gantilah dengan tangan kiri dan biasakan. Kebiasaan tidak menggunakan tangan yang dominan bisa membuat kita menjadi ambidextrous.

2. Sabar. Untuk membiasakan diri menggunakan tangan yang tidak dominan memang sulit, jadi semua proses ini membutuhkan waktu. Jangan sampai kita malah stres, rileks saja dan bersabar.

3. Cobalah melakukan sesuatu dengan kedua tangan sekaligus. Contohnya, coba melempar bola dengan kedua tangan bersamaan, mengaduk 2 cangkir teh dengan kedua tangan secara bersamaan, dll. Rasakanlah saat kedua tanganmu bekerja secara bersamaan, dan cobalah untuk mendapatkan keseimbangan di antara kedua tanganmu.

4. Belajar menulis atau menggambar dengan kedua tangan bersamaan. Pegang pensil atau pena di masing-masing kedua tanganmu, kemudian cobalah utnuk menulis atau menggambar secara bersamaan. Buatlah objek atau tulisan yang sama dahulu. Di awal mungkin hasilnya kurang baik, tapi tekun dan rajinlah berlatih.

5. Menulis dengan cara zig-zag. Coba untuk menulis dari kiri ke kanan dengan tangan kananmu, dan menulis dari kanan ke kiri dengan tangan kirimu. Tulislah dengan tulisan terbalik yang hanya akan bisa dibaca jika dihadapkan pada cermin.

6. Juggling ball. Pernah lihat sirkus kan? Nah juggling ball yang sering dilakukan dalam atraksi itu bisa kamu coba. Pergunakanlah 2 atau 3 bola, dan rajinlah berlatih.

Awalnya aku juga ga tahu apa itu ambidextrous, tapi pas lihat video All About DBSK yang ketiga, aku baru tahu kalau Yoochun itu ambidextrous, lalu aku mulai mencarinya di internet lewat google. :) Mau tahu buktinya? Tonton aja video AADBSK yang ketiga, pas DBSK liburan di Saipan. Perhatikan baik-baik, waktu Yoochun lagi memanah. Tangan apa yang dia gunakan? Lalu cari video DBSK lainnya dan lihat, Yoochun menulis dengan tangan apa? Dia pegang sumpit dengan tangan apa? ^^




cr : en.wikipedia.org/wiki/Ambidexterity ; http://www.wikihow.com/Be-Ambidextrous ; the pic are belongs to the owner

1 September 2012

Another world, another live.


Pernah nonton film AVATAR? Bukan yang The Legend of Aang, tapi film yang pendapatannya mengalahkan rekor Titanic dan disutradarai oleh James Cameron. Kemarin-kemarin, pas ditayangkan di RCTI, aku nonton untuk yang kedua kalinya. :)

Ingat endingnya?
Jack Sully memilih untuk menjadi bagian dari suku Omaticaya, hidup di Pandora bersama Neytiri, dan meninggalkan kehidupan “manusia”-nya.
            Sejenak itu, aku berpikir. Jack Sully, yang di tubuh manusianya hanya seorang veteran militer dan tak lagi sempurna karena kakinya, mungkin memang lebih bahagia dalam tubuh biru nan tinggi itu. Dengan tubuh itu dia mendapatkan semuanya. Pengakuan, wanita, dan tentu kaki yang bisa berlari. Bukan hanya sebagai pria yang duduk di kursi roda.
Hm, benar juga~!
            Kalau aku -KRSITALICIA RIZKI- berada dalam posisi seperti Jack Sully, mungkin keputusan yang akan kuambil harus kupikirkan 2 kali.
Aku, dengan semua kehidupan riilku yang sekarang kujalani, mungkin tak akan mudah memutuskan untuk menjadi manusia biru. Banyak yang akan kutinggalkan kalau aku menanggalkan status manusia normalku. Keluarga, teman, Hiro, Sakura, komik, dan yang paling sulit dilupakan, DBSK. Membayangkan hidup tanpa koneksi internet dan komputer di Pandora membuat dahiku berkerut dalam.
Ternyata hidupku memang seperti ini.
            Tapi kesenangan di Pandora juga tak tergantikan. Saat kita punya hutan lebat yang penuh dengan segala keistimewaannya, tak dipungkiri aku ingin berjalan-jalan dan menghabiskan waktu disana. Padahal aku bukan tipe anak yang doyan berjelajah, apalagi ke hutan. =__=

Dan yang paling ga bisa dilewatkan kalau kita jadi manusia biru adalah naik burung!! ^^ Apa ya namanya, aku lupa. Yang pasti itu patut buat dicoba! Membayangkan kita bisa terbang setinggi apa pun, lalu menukik dari ketinggian itu atau menuruni tebing curam, membiarkan hembusan angin melewati telinga kita dengan kencang dan adrenalin kita terpacu, itu pasti asyik banget. :)
           


Ditambah lagi di Pandora kita ga perlu sekolah. :p Ga ada yang namanya ulangan atau remidi, apalagi UN, SNMPTN, dan KTI. :DD Bukankah itu justru bagian terpentingnya?? XD
            Tapi, kalau benar, sekarang juga aku harus memilih antara Bumi dan Pandora, aku akan memilih Bumi. Kenapa? Aku suka disini. Aku bahagia dengan hidupku sekarang, meski aku sendiri merasa belum puas dengan keadaaan diriku sekarang. Terlalu banyak yang akan ditinggalkan kalau aku memilih Pandora, dan aku belum rela untuk meninggalkan semua “treasure”-ku disini. :)
Dan lagi di Bumi aku masih punya DBSK, yang harus kukejar, sampai aku bisa berada dalam satu ruangan yang sama dengan mereka. :)

22 Agustus 2012

Do you ever know?

19 Agustus 2012

BLACK but USEFULL :: CLAPPERBOARD

Siapa yang suka nonton film? Suka lihat bagian 'behind the scenes'-nya ga?
Aku suka nonton film, berbagai genre kecuali horror Asia. =_= Dan bagian paling seru menurutku pas cuplikan behind the scenes. Dari situ kita jadi bisa lihat adegan-adegan NG yang entah lucu, konyol, atau yang lainnya. XD

Nah, udah pada tahu tentang CLAPPERBoard? Itu loh, yang sering dipakai pas syuting.


Clapperboard itu sebuah perangkat yang terbuat dari papan berwarna hitam yang digunakan dalam produksi pembuatan film dan video untuk membantu dalam sinkronisasi gambar dan suara, serta untuk menunjuk dan menandai adegan tertentu dalam pengambilan rekaman (gambar dan suara) selama proses produksi.
Ketika dalam proses pembuatan produksi film atau video, gambar-gambar dan suaranya direkam secara terpisah. Gambar direkam pada film dengan kamera, dan suaranya direkam ke dalam tape perekam analog digital . Karena gambar dan suranya direkam pada 2 bagian yang berbeda maka memerlukan cara untuk menyelaraskannya.
Clapperboard adalah cara tradisional untuk menangani proses peyelarasan atau sinkronisasi. Bagian bawah clapperboard biasanya berupa papan yang digunakan untuk menuliskan adegan dengan angka. Informasi ini membantu mengidentifikasi pengambilan gambar selama proses editing. Pada saat tape recorder dan kamera berputar, operator clapperboard menempatkan clapperboard di depan kamera sehingga kamera dapat melihat, membaca adegannya.

Suara “CLAP” dan gerakan menutup clapperboard menjadi identifikasi dalam proses sinkronisasi antara rekaman gambar dan suara. Suara “CLAP” untuk identifikasi suara dan Gerakan menutup pada claperboard menjadi identifikasi untuk rekaman gambar.

Here is the tutor video :
http://www.youtube.com/watch?v=2KIAV0nBxmA

source :
http://indrawanbp.wordpress.com/
http://hendroche.wordpress.com/
jfreedan @ YT

16 Agustus 2012

#1 Dad always care of me


Cerita dengan tokoh utama aku dan Papi ga bakal cukup dibuat dwilogi, trologi, atau apa pun itu. Dibandingkan sama sinetron fenomenal Cinta Fitri juga pasti beda jauh, ini akan melebihi 7 season. Percaya deh, ini serius.
            Banyak kisah sepanjang 16 tahun aku hidup di dunia yang fana ini. Kisah antara aku dan Papi juga sama banyaknya dengan bulu Hiro dikalikan jumlah kutunya dan ditambah jumlah giginya, atau mungkin lebih.
            Salah satu kisah yang paling berkesan adalah cerita saat bulan puasa. Eit jangan salah, cerita ini tidak ada hubungannya sama sekali dengan rohani, cuma sekadar cerita biasa.
            Jadi, pada suatu sore di bulan puasa tahun lalu, aku punya rutinitas baru di tiap hari Minggu dan Selasa, yaitu berangkat les matematika @ Pak Darnuji’s house pukul 16.00 WIB. Dan sore itu, di awal bulan puasa, aku membuat sebuah rencana yang akan menjadi hal paling mengasyikan yang akan aku lakukan sepanjang bulan puasa ini. Rencana itu adalah. . . . .Berangkat les naik sepeda!


            Banyak manfaatnya nih. Menghemat bensin, mengurangi polusi udara, soalnya biasanya kan aku berangkat les diantar naik sepeda motor. Selain itu juga buat program pengurusan badan. lolz~
            Awalnya aku berangkat naik sepeda, Mami fine-fine saja, Papi juga kayanya oke-oke saja. Aku sudah siap dengan tas selempang hijau kesayangan -dulu hadiah dari Cici Lina ^^- dan jaket hitam D’QLLERZ. Yo, berangkat!
            Melalui jalan beraspal, aku mengayuh sepeda di bawah terik matahari senja. Dari rumah cuma butuh waktu sekitar 5 menit buat sampai di rumahnya Pak Darnuji dengan sepeda santai.
            Sesampainya disana, kehadiranku dengan sepeda ontel menjadi cukup fenomenal dan sanggup membuat Pak Darnuji dan teman-teman disana kaget. Kaget yang positif, maksudnya mereka apresiasi juga ke aku. :)
            Nah, aku langsung bergabung sama anak-anak yang lagi duduk-duduk dulu di depan bercengkrama dan ngobrol ngalor-ngidul. Semua berjalan aman dan selamat juga menyenangkan sampai tiba-tiba deru mesin motor memecah keramaian. Sedetik kemudian muncul motor vario pink beserta pengendaranya pria berkulit hitam yang kukenal dengan sangat baik. Itu Papi!
            Usut punya usut, ternyata maksud kedatangan Papi adalah untuk memastikan kalau aku sampai dengan selamat tanpa kekurangan suatu apa pun. Setelah itu Papi langsung pulang. Aigoo appa~
Untuk beberapa menit kemudian, aku menjadi olok-olok oleh teman-teman. Hm, mungkin bukan olok-olok tapi sindiran. Jujur, waktu itu aku agak emosi melihat tindakan Papi. Bukannya ga suka diperhatikan seperti itu, tapi menurutku yang dilakukan Papi waktu itu sudah berlebihan. Oh, Dad, come on, I’m 16 years old, and I’m a good enough for ride my bicycle…alone!
Sampai di rumah aku sempat protes dan mengeluh sama Mami soal insiden yang cukup bikin aku malu di depan teman-teman. Tapi Mami menanggapi dari sisi yang sama dengan Papi, jadi itu ga menghiburku sama sekali.
            Hari demi hari berlalu sejak itu. Meski setelah itu Papi ga lagi menyusulku, tapi memori itu masih lekat dalam ingatan. Hingga akhirnya aku sadar, kalau Papi sangat menyayangiku dan selalu ingin menjagaku.
‘I know. Dad always love me and take care of me. But sometimes, I can’t understand the way you express your love to me. I’ll try to understand you, Dad. And thank a lot for your love. I love you, Dad, I love you more than myself.’




Kisah Kulit Rambutan


Sebenarnya ini cerita lama, cuma baru sempat di share sekarang aja. :pv
            Ini kisah yang mungkin agak berbau komedi, namun maknanya dalam, percaya deh. Kisah ini muncul di tengah musim rambutan.
            Jadi ceritanya, kala itu sedang musim rambutan. Nah, Papi itu kan perhatian sama aku, jadi beliau kalau di rumah lagi ada rambutan, pasti itu rambutan sama Papi langsung dikupas, sekalian di-iris-in, terus ditaruh di mangkok dan disimpan di kulkas. Jadi pas aku sampai rumah sepulangnya dari sekolah, nanti pasti Papi atau Mami bilang kalau di kulkas sudah ada rambutan. Dan asli, itu enak banget. ^^ Bayangkan saja, siang-siang lagi kepanasan habis naik angkot, terus di rumah sudah ada semangkuk rambutan yang sudah bersih, tinggal terima makan saja. ^^ Terima kasih banyak untuk Papi yang selalu perhatian sama aku. :*

           
Nah, Papi waktu itu habis mengupas rambutan untukku. Kebetulan waktu itu Papi mengupasnya itu dalam keadaan rambutannya masih diikat, jadi rambutannya itu ga pakai dilepas satu-satu dari rantingnya, jadi masih utuh gitu.
            Papi kemudian memasukkan rambutan itu ke kresek bening, niat mau dibuang. Terus sama Papi ditaruh di halaman depan toko, mau dibuang, tapi Papi pergi cuci tangan dulu, atau ngapain ya? Aku lupa. Ya intinya sekresek kulitrambutan yang masih utuh dengan rantingnya itu ditinggal di halaman depan.
            Eh ga tahunya, ada bapak-bapak tua yang lewat depan toko naik sepeda. Dengan kekuatan super secepat kilat segesit Eyeshield 21, bapak tua itu langsung comot sekantung kresek kulit rambutan itu dan buru-buru ngacir. Padahal Papi lihat loh, mungkin bapak itu mengira dirinya ga ketahuan. Nah lo?
            Sama Papi dibiarkan saja, dan cuma diperhatiakn saja dari jauh. Eh setelah agak jauh, Papi melihat bapak tua tadi, yang seenak jidat mengambil sekresek kulit rambutan yang dia yakini adalah sekresek rambutan masih utuh mulai meraba-raba ke dalam kantung kresek itu. Niat hati mau menikmati manisnya rambutan merah itu, eh malah yang didapat hanya kulit rambutan tanpa isinya. :D
            Bapak tua itu mengumpat-umpat lalu dengan sembarangan kresek itu langsung dibuang di pinggir jalan. Papi yang melihat kejadian itu cuma bisa tertawa tergelak-gelak, terus cerita ke aku. :D Aku yang dengar cerita itu cuma bisa ikut ketawa. :D
            Mari kita belajar dari sekelumit kisah ini. Jangan mengambil sesuatu yang bukan milik kita tanpa seijin dari si empunya, setuju? Percaya deh, di dunia ini karma itu memang benar dan nyata ada. Tindakan yang dilakukan oleh bapak tua itu sama dengan mencuri, kan? Jangan mencuri. Jangan mengambil sesuatu yang bukan hak kita. Percayalah, Tuhan Maha melihat, dia tahu apa yang kita lakukan, dan Tuhan tidak akan diam saja melihat kejahatan. Karma itu akan datang, pasti, meski entah kapan.

11 April 2012

Like An Oxygen

Kristalicia Rizki, remaja berusia 16 tahun yang sedang dalam program katekisasi ini dan akan di baptis tanggal 8 April nanti (Yeay! :) Amin, amin.) sangat menyukai perumpamaan yang dibawakan oleh Pak Manurung beberapa waktu lalu.
Waktu itu Pak Manurung memberikan perumpamaan tentang kita dengan Yesus.
“Alangkah baiknya jika kita bisa hidup di dalam Kristus dan Kristus hidup di dalam kita. Sama seperti oksigen. Kita hidup di dalam oksigen dan oksigen ada di dalam tubuh kita.”
            Keren. Pertama kali pas mendengarnya aku langsung tergugah. Perumpamaan yang diberikan Pak Manurung itu bagus banget dan mengena di aku. :)
            Dipikir-pikir, perumpamaan itu SANGAT TEPAT. Iya dong, kita memang hidup di dalam oksigen. Kan di sekeliling kita ada oksigen. Dan oksigen sudah jelas ada di dalam tubuh kita, oksigen itu mengisi paru-paru kita sehingga kita bisa bernapas, bisa hidup. It’s the fact!


            Alangkah baiknya bila kita bisa hidup di dalam Kristus, hidup menurut segala perintah dan firman-Nya, hidup seturut dengan kehendak-Nya. Dan semakin baik bila kita bisa menerima Kristus agar Dia hidup di dalam kita. Menerima Kristus untuk tinggal di dalam hati kita, menerima Kristus sebagai Juruselamat kita.
            Dan tadi, pas kebaktian remaja dengan khotbah yang disampaikan oleh Pak Fajar, pendeta dari GKJ Penaruban, aku juga lagi-lagi tergugah.
“Tentunya Tuhan ingin menyelamatkan kita. Tapi Tuhan tidak ingin kita hanya berdiam diri saja.”
            Setuju. Kita tak bisa cuma diam menunggu penyelamatan dari Tuhan. Kita harus melakukan sesuatu, sesuatu yang dikehendaki-Nya. Agar Tuhan memiliki alasan untuk menyelamatkan kita.

Orang tua angkat kita.

Kita? Ya iyalah kita.
            Inspired by Mrs. Indah, guru PKn sekaligus wali kelasku. Waktu itu pas pelajaran PKn, biasa kan Bu Indah suka berbagi kisah dan cerita. Aku lupa pas itu beliau lagi cerita apa, yang pasti satu kalimat yang dilontarkannya begitu melekat di ingatanku.
“Televisi itu orang tua angkat kita. Loh benar kan? Bayangkan, setiap hari kita nonton TV. Kita belajar juga dari TV. Anak kecil jaman sekarang tahu Ayu Ting Ting juga dari TV. TV itu bak orang tua angkat kita yang mengajarkan banyak hal.”



            Kurang lebih itu yang dikatakan Bu Indah. Ya aku juga lupa kata-kata persisnya seperti apa, tapi intinya kurang lebih seperti itu.
Dan aku setuju banget sama fakta itu!
            Memang ya, hampir setiap hari kita bergumul dengan penemuan ajaib bernama televisi atau lebih akrab disapa TV. Kkita tahu berita pernikahan Pangeran William-Kate Middleton dari TV. Kita tahu ada Gayus kedua alias Dhana dari TV. Kita sering nonton drama Korea lewat TV. Kita tahu segalanya dari TV. TV itu penemuan paling mutakhir dan paling berpengaruh bagi dunia. For real!
            Anak kecil jaman sekarang ga ada lagi yang nyanyi lagu Balonku Ada Lima, atau nyanyi Cicak Cicak di Dinding, mereka nyanyi lagu yang sebenarnya belum pas sama umur mereka. Mereka nyanyi lagu bertema cinta, padahal umur mereka baru 7 tahun, WTH?!
            Nampaknya TV menjalani peran sebagai orang tua angkat dengan baik, tinggal bagaimana cara kita menyikapi dan mengambil inti sari yang baik dari apa-apa yang sudah diajarkan TV pada kita, benar kan?

10 Maret 2012

BIG BANG IS BACK!

Yeah, BIG BANG IS BACK! :) Setelah sekian waktu berlalu, BIG BANG akhirnya comeback! :) AAAHH~ very excited. ^^
Dan ga tanggung-tanggung, BIG BANG langsung membuat gebrakan dalam comeback mereka dengan meraih penghargaan dari YouTube gara-gara MV nya sudah ditonton lebih dari 8 juta kali waktu itu. Dan sekarang angka yang sudah tercatat, MV BIG BANG yang BLUE telah ditonton 13,756,707 kali!!
DAEBAK!! :)

http://www.youtube.com/watch?v=2GRP1rkE4O0&feature=related

Aku suka banget sama konsep MV nya. Keren gila!! :D tapi, ada tapinya nih, aku ga suka sama hair style mereka. Bener, rambutnya pada aneh bin ajaib, apalagi GD. O.o ga suka ga suka.

Mereka udah comeback di MuBank jumat kemarin kalau ga salah. Oke, buat BIG BANG, sukses slalu ya! Yosh, fighting. :)

EARTHQUAKE

Bandara Narita pagi ini dipenuhi oleh orang-orang seperti biasa. Mereka bersliweran di bandara ini lengkap dengan kopor ataupun tas jinjing mereka. Termasuk seorang namja berkulit putih ini yang baru saja turun dari pesawat yang berangkat dari Seoul. Namja ini membawa sebuah kopor berukuran sedang dan sebuah tas ransel di punggungnya. Mata besar di balik kacamata hitamnya menatap sekeliling. Di tangan kirinya terdapat sebuah kamus mini bahasa Korea-Jepang. Sedari tadi senyum terus mengembang di wajahnya. Begitu kakinya menjejakkan kaki di luar bandara, tanpa ragu namja ini merentangkan kedua tangannya lebar-lebar dan menghirup napas dalam-dalam.
“Jepang! Aku datang!” serunya.
*          *          *
a YUNJAE fanfiction
EARTHQUAKE © Kristalicia Rizki
Rate : PG-15
Warn : YAOI, Shounen-ai, BoyXBoy, BL, OOC, Typo(s).
*          *          *
            Sudah seminggu berlalu sejak namja berwajah cantik ini sampai di negeri sakura. Dan selama seminggu ini, dia tinggal di sebuah apartemen kecil yang dia sewa. Sejak 3 hari kemarin, setiap harinya dia habiskan untuk bekerja di salah satu restoran yang ada di Tokyo.
“Jaejoong-kun!” suara seseorang menghentikan tangan namja yang sedang sibuk mencuci piring. Kepalanya menengok ke belakang, dan dia mendapati seorang laki-laki sebayanya tengah berjalan menghampirinya.
Ada apa, Junsu?” tanya namja ini, kemudian kembali bergelut dengan piring kotor dan sabun.
“Kau mau ikut pergi ke karaoke nanti?” tanya laki-laki yang dipanggil Junsu tadi. Namja bermata besar bernama Kim Jaejoong ini menghentikan aktifitasnya dan tampak sedang berpikir.
“Hm, kurasa aku tidak ikut, Junsu. Maaf ya,” ujar Jaejoong.
“Eh? Kenapa? Apa kau ada acara malam nanti?” kata Junsu cepat.
“Tidak, hanya saja aku ingin di rumah malam ini. Maaf ya,” kata Jaejoong, lalu tersenyum sekilas pada Junsu. Junsu yang tampak kecewa hanya bisa mengerucutkan bibirnya kesal.
“Baiklah, tapi lain kali kau harus ikut, oke?”
“Iya, iya. Kalian bersenang-senanglah,” kata Jaejoong sembari tersenyum pada Junsu. Junsu balas tersenyum padanya kemudian beranjak pergi.
*          *          *
            Kim Jaejoong merapatkan jaketnya dan melangkah keluar dari restoran tempatnya bekerja. Jam kerjanya sudah habis, dan saat ini yang paling dia inginkan adalah pulang ke rumah dan bergelung di balik selimut. Udara di Tokyo malam ini cukup dingin, namun tampaknya hal itu tak menyurutkan masyarakat Jepang ini untuk berhenti beraktifitas. Terbukti dengan masih banyaknya orang-orang yang berjalan di tengah kota meski jam sudah menunjukkan pukul 10 malam.
“Jaejoong-kun!” suara melengking yang sangat dikenali Jaejoong membuat langkahnya terhenti. Dia membalikkan badannya dan menemukan si pemilik suara bak lumba-lumba itu sedang berlari kecil ke arahnya.
“Junsu? Bukankah kau ikut pergi karaoke?” tanya Jaejoong pada Junsu yang sedang mengatur napasnya. Junsu tersenyum.
“Aku tidak jadi ikut, kupikir mungkin aku juga lebih baik istirahat saja di rumah,” jawabnya. Jaejoong hanya menatap Junsu dengan tatapan heran. ‘Anak ini mudah berubah pikiran rupanya,” batin Jaejoong.
“Ayo cepat, disini dingin,” ucap Junsu menyadarkan Jaejoong dari lamunannya. Segera Jaejoong menyejajari langkah Junsu. Kedua laki-laki ini berjalan di bawah langit malam cerah yang bertabur bintang.
            Jaejoong mengedarkan kepalanya ke sekeliling, menatap bangunan pertokoan di pinggir jalan yang sepertinya selalu ramai.
“Sudah seminggu aku disini, tapi aku belum pernah jalan-jalan mengelilingi kota Tokyo,” kata Jaejoong membuka pembicaraan.
“Benarkah?” tanya Junsu heran. Jaejoong hanya mengangguk pelan.
“Aku ingin jalan-jalan, tapi pada dasarnya aku ini buta arah. Jadi aku tak berani jalan-jalan terlalu jauh sendirian,” sahut Jaejoong.
“Kalau begitu, bagaimana kalau akhir pekan besok kita pergi jalan-jalan? Tenang saja, ada Kim Junsu disini yang sudah bertahun-tahun tinggal di Jepang dan hafal luar kepala semua tempat menarik di Tokyo,” tawar Junsu, sebuah senyuman mengembang di wajah imutnya, “Bagaimana, Jaejoong-kun?” lanjutnya.
“Eh?” kata Jaejoong kaget, tak percaya dengan tawaran Junsu barusan. “Aku mau, Junsu, aku mau!” seru Jaejoong bersemangat. Matanya yang hitam menatap Junsu dengan berbinar-binar. Junsu tertawa pelan melihat ekspresi wajah Jaejoong yang seperti seorang anak kecil itu.
“Baiklah. Akhir pekan besok, oke? Aku akan menghubungimu lagi nanti,” ujar Junsu. “Dan, bersiaplah untuk melihat banyak hal menakjubkan yang tak kau temukan di Seoul, Jaejoong-kun.”
*          *          *
“Jadi kau baru pertama kali naik shinkansen?” tanya seorang laki-laki berwajah imut dengan penuh nada ejekan. Sementara namja yang berdiri di sampingnya hanya tersenyum polos.
“Selama ini aku hanya naik bus, Junsu. Kau tahu sendiri ‘kan aku belum lama tinggal di Tokyo,” namja itu segera melontarkan pembelaan, sementara laki-laki bernama Kim Junsu ini hanya menganggukkan kepalanya.
“Ya, ya,” sahut Junsu malas.
“Jadi kita akan pergi kemana?”
“Tunggu saja, Jaejoong-kun, sebentar lagi kita akan sampai.”
5 menit kemudian, begitu kereta khas Jepang ini berhenti, pintu yang ada tak jauh dari mereka terbuka.
“Ayo,” ajak Junsu. Namja bernama Kim Jaejoong segera mengikuti Junsu melangkah keluar dari kereta.
            Sejak mereka berdua keluar dari stasiun, Jaejoong tak henti-hentinya berceloteh, mengomentari setiap hal baru yang dia lihat. Bibirnya tak henti berdecak kagum melihat hal-hal yang baru pertama kali dilihatnya. Matanya terus menyusuri setiap jengkal jalan yang mereka lalui. Sementara Junsu yang berjalan di sampingnya hanya tertawa pelan melihat tingkah Jaejoong. Dibiarkannya Jaejoong asyik dengan dunianya sendiri. Sesekali Junsu memberi penjelasan pada Jaejoong seputar tempat-tempat yang mereka kunjungi.
            Tiba-tiba Jaejoong melihat seorang penjual mainan tradisional Jepang di emperan jalan. Kakinya dengan ringan melangkah menuju penjual itu.  Jaejoong asyik menghabiskan waktunya di sana.
“Junsu-kun, yang ini namanya apa?” tanya Jaejoong pada Junsu, sementara matanya asyik mengamati sebuah mainan unik di tangannya. Namun, Junsu yang tak kunjung menyahut membuat Jaejoong menolehkan kepalanya ke samping.
            Iris hitam itu seketika melebar ketika tak menemukan sosok sahabatnya. Diletakannya mainan tadi pada tempatnya, dan Jaejoong langsung melangkah pergi setelah membungkukkan kepalanya pada si penjual. Perlahan detak jantung Jaejoong bertambah cepat. Matanya terus saja berkeliling mencari Junsu.
‘Ah iya, ponsel!’ seru Jaejoong dalam hati. Segera diambilnya ponsel hitam yang ada di saku. Namun detik berikutnya, raut kecewa tergambar jelas di wajah Jaejoong. Ponselnya mati. Jaejoong masih ingat semalam dia lupa untuk mengisi baterai ponselnya.
“Bagaimana ini?” desis Jaejoong. Kakinya berhenti melangkah.
            Jaejoong yang pada dasarnya buta arah ini akhirnya memutuskan untuk diam dan menunggu Junsu yang mungkin akan datang mencarinya. Pandangan Jaejoong jatuh pada sebuah kedai kopi yang hanya berjarak beberapa meter darinya. Tangannya merogoh saku celana. Jaejoong menghela napas lega begitu melihat beberapa lembar uang yen di tangannya. Otaknya segera memerintahkan Jaejoong untuk menunggu Junsu di kedai kopi itu.
            Dengan beberapa lembar uang yen itu, Jaejoong membeli segelas kopi. Didudukkannya tubuh rampingnya di sebuah kursi yang berada dekat jendela. Matanya memperhatikan sekitarnya dengan lekat, sembari menyesap kopi yang tadi dia beli. Jaejoong menatap kesal pada ponselnya yang tergeletak begitu saja di atas meja.
“Jaejoong pabbo,” umpat Jaejoong pada dirinya sendiri. Diacaknya rambut pirang miliknya dengan frustasi.
            Mendadak sesuatu yang janggal menyeruak masuk ke pikiran Jaejoong begitu tubuhnya merasakan sesuatu yang tidak biasa. Samar-samar Jaejoong merasakan tubuhnya bergetar. Ditatapnya lampu gantung di kedai kopi itu, dan seketika kening Jaejoong berkerut. Lampu gantung itu bergoyang tidak wajar.
            Semakin lama getaran itu makin kuat. Jaejoong menatap horor ponsel di mejanya yang bergetar. Bisa dirasakan seluruh tubuh Jaejoong bergetar kuat saat itu. Suara derak jendela menambah parah keadaan. Kerutan di dahi Jaejoong semakin dalam begitu dia melihat orang-orang di sekitarnya yang tampak biasa-biasa saja.
‘Apa yang terjadi? Kenapa semua orang tampak biasa saja?’ tanya Jaejoong dalam hati, sementara getaran yang dirasakannya makin kuat.
“Gempa,” celetuk seseorang berhasil membuat Jaejoong tersadar. Otaknya dengan cepat memproses kata yang baru saja masuk ke pendengarannya itu.
            Sepersekian detik berikutnya, jantung Jaejoong mulai berdetak cepat. Napasnya tercekat. Keringat dingin pun mulai meluncur dari keningnya.
‘Gempa!’ jerit Jaejoong dalam hati.
            Segera diraihnya ponsel yang tergeletak di mejanya dan secepat mungkin kakinya berlari keluar dari kedai kopi itu. Rasa panik bercampur takut melingkupi Jaejoong saat itu juga.
‘Pergi ke tempat terbuka!’ perintah Jaejoong pada dirinya.
            Kakinya terus berlari, mencari tempat terbuka yang bisa menjadi tempatnya berlindung. Getaran bumi dirasakannya masih kuat, membuat Jaejoong reflek mempercepat larinya. Napasnya mulai pendek-pendek. Beruntung tak jauh dari situ, Jaejoong melihat sebuah taman yang cukup luas.
            Jantung Jaejoong masih berdetak abnormal, membuat darahnya terasa mengalir begitu cepat, meski sekarang dia sudah menjejakkan kakinya di tengah taman itu. Pikirannya kalut, membuat akal sehatnya tersendat dan otaknya tak berpikir sejernih biasanya.
            Namun pemandangan janggal lagi-lagi membuat Jaejoong berusaha berpikir rasional. Diedarkannya iris hitam itu ke sekeliling taman, dan yang tampak hanya beberapa orang yang berjalan-jalan di taman itu dengan tenang dan santai, seperti tak ada sesuatu yang gawat yang sedang terjadi.
‘Apa ini halusinasiku?’ batin Jaejoong.
            Mendadak Jaejoong merasa tubuhnya melemas. Memori semasa dia kecil dulu berkelebat di hadapannya. Memori pahit tentang kematian orang tuanya, memori pahit yang harus ditelannya bulat-bulat ketika usianya baru 10 tahun. Perasaan takut saat gempa terjadi 10 tahun yang lalu kembali menyerangnya sekarang. Jaejoong mengerutkan dahinya, berusaha memperjelas pandangannya yang perlahan kabur.
“Apa kau baik-baik saja?” sebuah suara bass membuat Jaejoong menolehkan kepalanya ke samping. Penglihatannya yang agak memburam menangkap sosok namja bertubuh tinggi dengan rambut brunette berdiri di sampingnya. Samar-samar Jaejoong melihat ekspresi khawatir di wajah tampan namja itu.
“Hei, apa kau baik-baik saja?” tanyanya lagi sembari mencengkeram lengan Jaejoong. Kaki Jaejoong mendadak melemas, membuatnya sukses jatuh terduduk di tanah.
“Hei, hei,” namja itu masih berusaha menyadarkan Jaejoong dengan mengguncangkan bahu Jaejoong pelan. Ingin rasanya Jaejoong mengatakan sesuatu, tapi lidahnya terasa kelu dan pikirannya begitu kacau sehingga tak satu pun kata berhasil keluar dari mulutnya. Jaejoong hanya terdiam dan sebelah tangannya memegang kepalanya yang berdenyut pelan.
“Tenanglah, gempanya sudah berhenti,” ujar namja itu. Nadanya bicara sangat tenang, membuat Jaejoong perlahan mulai bisa berpikir sehat kembali.
“Semuanya baik-baik saja, jangan khawatir,” kata namja itu lagi, kali ini tangan kiri namja itu merangkul bahu Jaejoong lalu mengusap punggungnya perlahan. Jaejoong tersentak kaget, namun tak lama kemudian rasa nyaman segera melingkupinya.
            Jaejoong memejamkan matanya, berusaha menenangkan diri dan mengatur napasnya. Detik berganti menit, kedua namja ini hanya diam. Setelah dirasa pikirannya kembali jernih, Jaejoong mulai membuka matanya. Jantungnya kini telah berdegup normal, napasnya tak lagi tersengal, dan kepalanya tak lagi berdenyut.
“Sudah baikkan?” pertanyaan namja itu membuat Jaejoong sadar, sedari tadi namja di sampingnya ini terus memeluknya dan menenangkannya. Tak dapat dipungkiri, Jaejoong merasa nyaman dan terlindungi saat berada di pelukan namja ini. Jaejoong sama sekali tak mengenali namja ini, tapi setiap mendengar suaranya membawa kenyamanan tersendiri bagi Jaejoong.
            Jaejoong sedikit mengangkat kepalanya dan mata besarnya bertemu dengan mata sipit milik namja itu. Refleks namja itu tersenyum menatap Jaejoong. Satu hal lagi, senyuman namja ini berhasil membuatnya lebih tenang.
“Ayo,” kata namja itu sembari mulai bangkit berdiri, “Kau sudah bisa berdiri ‘kan?”
            Jaejoong mengangguk pelan. Segera dirasakannya tangan namja itu membantu tubuhnya berdiri. Masih dengan tangan yang merangkul pundak Jaejoong, namja bermata sipit itu membawa Jaejoong ke sebuah bangku taman yang ada di bawah pohon maple, yang berada tak jauh darinya. Namja itu mendudukkan Jaejoong disana.
“Tunggu disini sebentar,” kata namja itu sambil tersenyum lembut pada Jaejoong. Perlahan kaki jenjang namja itu pergi meninggalkan Jaejoong.
            Mata Jaejoong masih terpaku pada punggung namja itu sampai hilang dari pandangannya. Dihirupnya napas dalam-dalam, berusaha mengembalikan akal sehat yang belum terkumpul sepenuhnya. Kini mata Jaejoong terpaku pada sebuah kolam berukuran cukup besar yang ada di hadapannya. Kolam berair jernih lengkap dengan sebuah air mancur, yang menciptakan percikan air di bawah kilat cahaya matahari. Jaejoong mendongakkan kepalanya dan menatap langit biru.
“Apa yang terjadi?’ tanyanya dalam hati. Ditatapnya langit biru cerah yang terhampar luas di atas kepalanya.
“Ini,” suara bass itu lagi-lagi membuat Jaejoong tersadar, dilihatnya namja itu kini telah duduk di sebelahnya, sementara tangannya menyodorkan sekaleng minuman soda dingin. Dengan ragu Jaejoong menerimanya. “Sudah ambil saja,” kata namja itu seolah bisa membaca pikiran Jaejoong, membuat keraguan itu pun sirna.
            Jemari Jaejoong bergerak perlahan membuka kaleng itu, menciptakan sebuah suara desisan soda, kemudian mulai menegak isinya. Menit berikutnya kedua namja ini hanya diam, sibuk dengan pikiran masing-masing.
“Ehm, kau tinggal di Jepang belum lama ini ya?” tanya namja itu memecah kesunyian.
“Ne?” reflek Jaejoong yang sedang melamun mengeluarkan kata-kata dalam bahasa Korea.
“Hahaha, ternyata benar, kau orang Korea rupanya,” ujar namja itu sembari tertawa pelan. Bahkan tawanya sanggup membuat seorang Kim Jaejoong semakin terperangkap pada pesona namja itu.
“Aku juga orang Korea, tapi sudah 5 tahun ini aku tinggal di Jepang,” kata namja itu lalu menoleh pada Jaejoong dengan sebuah senyum tersungging di wajahnya yang kecil, “Ah ya, namaku Jung Yunho,” lanjutnya sembari mengulurkan tangan.
            Iris hitam Jaejoong seolah terperangkap oleh mata sipit milik seorang namja bernama Jung Yunho ini. Matanya tak bisa lepas dari tatapan lembut Jung Yunho.
“Ah~” Jaejoong baru tersadar setelah beberapa detik kemudian, lalu dengan canggung dia mengulurkan tangannya dan menjabat tangan Yunho, tentu tanpa melepas pandangan dari Yunho.
            Yunho menggenggam tangannya erat dan tersenyum lembut pada Jaejoong. Untuk kesekian kalinya, Jaejoong hanya terpaku menghadapi pesona seorang Jung Yunho yang baru dikenalnya 30 detik yang lalu. Kesadaran Jaejoong kembali begitu Yunho melepaskan tangannya.
“Gempa itu sudah menjadi bagian dari kehidupan keseharian orang-orang Jepang. Yah, mungkin terdengar agak aneh, tapi mereka memang terbiasa dengan gempa. Di Jepang gempa sering terjadi, dalam skala-skala kecil seperti tadi, dan itu fenomena yang biasa menurut masyarakat Jepang,” kata Yunho memberi penjelasan. Matanya menatap lurus ke depan.
“Waktu pertama kali tinggal di Jepang, aku juga sangat panik begitu merasakan gempa. Tapi lama-kelamaan, aku mulai terbiasa dengan itu,” kata Yunho lagi. Kini mata sipitnya menerawang ke langit biru. Sinar matahari yang mulai merendah membuat siluet di wajah tampan Yunho, yang otomatis membuat namja ini semakin terlihat tampan di mata seorang Kim Jaejoong. Sementara angin sepoi yang berhembus membuat rambut brunette Yunho sedikit berantakan, dan itu justru menambah daya pikat sosok Jung Yunho. Jaejoong terus menatap Yunho, sementara Yunho sibuk menatap langit biru yang perlahan berubah menjadi oranye.
“Yah~ Jung Yunho!” suara seseorang membuat lamunan Jaejoong buyar. Dialihkannya pandangannya dari Yunho dan menatap ke sekeliling. Matanya menemukan sosok namja yang sedang melambaikan tangan ke arahnya. Ke arahnya atau ke arah mereka?
“Yoochun-ah!” seru Yunho. Jaejoong menatap Yunho dan namja tadi bergantian dengan bingung.
“Aku mencarimu dari tadi! Kajja, kita pulang!” seru namja itu lagi.
Yunho terkekeh pelan lalu berkata, “Mian, aku akan segera kesana!”
            Jaejoong yang sedari tadi menatap bingung pada kedua namja itu tersentak kaget ketika tangan Yunho memegang pundaknya. Sontak Jaejoong menatap Yunho.
“Aku harus pergi sekarang,” tandas Yunho yang seketika membuat Jaejoong mendesah kecewa dalam hati. Yunho mulai bangkit dan berjalan pelan meninggalkan Jaejoong yang masih terdiam dalam duduknya.
“Sampai jumpa, semoga lain kali kita bisa bertemu lagi dan mengobrol lebih banyak,” kata Yunho setelah berjalan 3 langkah dari bangku taman itu, sebuah senyuman manis tersungging di bibirnya. Yunho membungkukkan badannya lalu mulai berjalan pergi.
            Punggung Yunho yang semakin menjauh membuat nurani Jaejoong berontak. Tidak, Jaejoong tidak ingin Yunho pergi. Dia masih ingin namja itu berada di sampingnya dan bicara dengannya. Dia masih ingin merasakan kelembutan dari setiap kata-kata yang keluar dari mulut Yunho. Dia masih ingin merasakan kehangatan genggaman tangan Yunho. Dia masih ingin bersama Jung Yunho.
“Kamsahamnida, Jung Yunho-sshi!” seru Jaejoong. Jantungnya kini kembali berdetak cepat. Dia tidak ingin Yunho menghilang dari pandangannya. Tidak! Tapi apa daya?
            Yunho yang mendengar namanya dipanggil segera membalikkan badannya. Ditatapnya sosok Kim Jaejoong yang kini tengah berdiri dan balas menatapnya. Seulas senyum lagi-lagi menghiasi wajah tampan Yunho. Dilambaikannya tangannya ke arah Jaejoong.
            Dengan berat hati, Yunho kembali melanjutkan langkahnya dan meninggalkan Jaejoong yang masih terpaku menatap Yunho yang semakin menghilang dari pandangan. Yunho menghela napas berat, dalam hati dia pun masih ingin bersama namja cantik itu.
“Siapa dia?” tanya namja bernama Park Yoochun yang tadi memanggil Yunho. Yunho mendongakkan kepalanya yang tadi sempat tertunduk dan menatap Yoochun dengan sendu.
“Dia,” jawab Yunho pelan, kepedihan tersirat pada suaranya, “Dia namja yang baru kukenal beberapa saat lalu gara-gara gempa.”
- THE END -


Kikie's corner ::
Annyeong! Konbanwa! Kikie is made her come back with YUNJAE fanfiction. :p
ini FF YUNJAE pertama saya. Awalnya ini FF mau di publish pas ultah uri leader, Jung Yunho-sshi, tapi ga sempat. Mau di publish pas YUNJAE day juga ga sempat. Jadi baru sempat di publish di note FB beberapa waktu lalu dan baru bisa di publish di blog hari ini. Gomenasai~ *deep bow*
So, what do you think? Kritik dan saran diperlukan. Komen ya. Kamsahamnida. Arigatou. Xie xie. Terima kasih. :)
Diberdayakan oleh Blogger.

Followers

ABOUT ME

Foto saya
Im a HUMANOIDS, not A-N-D-R-O-I-D~! I ♥ TVXQ. Fan of Lee Min Ho. Support VR46. Love watching SHINHWA Broadcast. :) me YUNJAE-shipper. not really into KPOP, but interest in JPOP esp ARASHI. member of GARUDA SIPIL 2013. ALWAYS KEEP THE FAITH!