SKANDAL
Chapter 7
-xxx-
Jaejoong mengajak Changmin
ke sebuah tempat yang sudah lama jadi langganannya sejak dia debut. Meskipun
kecil, tapi tempat ini terasa nyaman. Dia suka minum di tempat ini dan sering
kali dia pergi berdua bersama Junsu. Tempat ini tidak terlalu ramai, kebanyakan
pelanggannya orang-orang kantoran berumur sekitar 30-an. Dan Jaejoong merasa
tidka perlu khawatir ada yang mengenalinya di sini. Sekalipun ada yang
mengenalinya, pasti orang itu bukanlah fansnya
dan cenderung acuh terhadapnya. Itu sangat melegakan bagi Jaejoong, mengingat
tidak banyak tempat yang bisa Jaejoong datangi dengan mudah tanpa penyamaran.
Pemiliknya, seorang pria berusia 60 tahun dan istrinya
yang masih terlihat cantik di usianya sekarang, sangat ramah dan baik. Sepasang
suami istri itu bahkan tahu Kim Jaejoong adalah seorang penyanyi terkenal, tapi
hal itu tidak membuat mereka berubah sikap apalagi mengistimewakan Jaejoong.
Mereka memperlakukan Jaejoong sama seperti pelanggan lainnya, dan mereka
memberikan Jaejoong privasi dengan tidak melakukan hal-hal yang biasa dilakukan
seorang fans —minta foto, minta tanda tangan, menyentuh bagian tubuhnya, dan menanyakan hal
ini-itu—.
Itulah yang membuatnya merasa nyaman.
Jaejoong mengajak Changmin
masuk ke kedai itu begitu mereka berdua memarkirkan mobil masing-masing.
Jaejoong menggeser pintu kedai dan masuk dengan sedikit membungkuk.
“Selamat datang,” seru si
pemilik kedai dengan ramah begitu menyadari ada pelanggan yang datang.
Jaejoong masuk ke dalam
diikuti dengan Changmin di belakangnya. Tampak olehnya ada 3 orang pria paruh
baya orang selain dirinya dan Changmin, sementara si pemilik kedai terlihat
sedang membersihkan beberapa meja.
“Annyeong, ahjusshi,” sapa
Jaejoong.
Si pemilik kedai yang
bernama Kang Jangwoo menoleh dan langsung tersenyum sumringah melihat
kedatangan Jaejoong, “Rupanya kau, Joongie,’ katanya sambil membersihkan kedua
tangannya dengan celemek yang ada di pinggang, “Sudah lama kau tidak kemari.”
“Ah ye, kemarin aku sibuk jadi tidak sempat mampir kemari. Ahjusshi merindukanku, ya?” canda
Jaejoong. Dia memang suka sesekali bercanda dengan Tuan Kang, menurutnya Tuan
Kang itu memiliki selera humor yang cukup bagus.
“Aish, kau ini bisa saja,”
sahut Tuan Kang lalu tertawa kecil, “Ayo silahkan duduk,” tambahnya.
“Ne, ahjusshi,” kata
Jaejoong, lalu mengambil tempat duduk di tengah belakang. Tempat ini selalu
jadi tempat favoritnya.
Changmin mengikuti
Jaejoong dan duduk di seberang namja
itu. Matanya menatap sekeliling kedai itu. Sederhana tapi terkesan hangat,
suasananya pun begitu nyaman, begitulah kesan pertama Changmin begitu masuk ke
tempat ini.
Tuan Kang menghilang di
balik dapur sederhananya dan muncul kembali sembari membawa 2 gelas air dan
meletakkannya di meja mereka.
“Tumben sekali kau kemari
membawa teman, Joongie-ah,” ujar Tuan
Kang, “Junsu tidak ikut?” tanyanya kemudian.
“Tidak, ahjusshi, Junsu hyung sedang sibuk,” jawab Jaejoong, “Dan ini Shim Changmin,” lanjutnya,
memperkenalkan Changmin.
Changmin segera
menundukkan kepalanya ke arah Tuan Kang dan memberi salam, “Annyeonghaseo.”
“Annyeonghaseo,” balas Tuan Kang sembari sedikit menunduk.
Tuan Kang memperhatikan
Changmin untuk beberapa detik sebelum kemudian berkata, “Sepertinya wajahmu
tidak asing,” ujarnya sambil berusaha mengingat-ingat pemilik wajah tampan itu.
“Ah sudahlah ahjusshi, jangan menatapnya seperti
itu.”
“Baiklah, baiklah,” Tuan
Kang menyerah untuk mengingat-ingat, memorinya diumur yang sekarang memang
tidak lagi sama seperti saat dia muda dulu, “Mau pesan apa, Joongie-ah?”
“Seperti biasa saja, ahjusshi.”
“Baik, tunggu sebentar
ya,” ucap Tuan Kang lalu berlalu ke dapurnya.
Changmin menatap punggung
Tuan Kang hingga menghilang di balik dapur, lalu menatap Jaejoong, “Hyung sering kemari ya?” tanyanya.
“Eum,” sahut Jaejoong
sembari mengangguk, lalu menegak airnya.
“Tempat ini enak juga,”
gumam Changmin sambil mengedarkan pandangannya.
“Setuju,” tandas Jaejoong
cepat dan bersemangat, “Tempat ini memang nyaman. Pemiliknya ramah. Dan lagi
kita tidak perlu menyamar kalau datang kemari.”
Changmin mengangguk-angguk
setuju. Beberapa menit kemudian, Tuan Kang kembali sambil membawa nampan di
tangannya dan menghampiri meja mereka. Tuan Kang meletakkan beberapa botol soju, 2 buah gelas, dan beberapa piring
camilan beserta sumpit.
“Silahkan,” ujar Tuan Kang
sambil tersenyum ramah.
“Gomawo, ahjusshi,” sahut
Jaejoong.
Tuan Kang membungkuk
sekilas lalu pergi dan meninggalkan kedua namja
ini. Jaejoong lalu meraih sebotol soju
dan segera menuangkannya ke dalam gelas Changmin. Changmin yang kaget melihat
tindakan Jaejoong, menyodorkan gelasnya lalu ganti mengisi gelas Jaejoong
dengan soju. Jaejoong tersenyum samar
lalu mengangkat gelasnya dan bersulang dengan Changmin.
Baik Jaejoong maupun
Changmin, langsung menegak habis segelas soju itu. Berikutnya dan berikutnya,
keduanya kembali mengisi penuh gelas mereka dan menegaknya.
“Haahh,” desis Jaejoong
saat merasakan minuman khas Korea itu melewati tenggorokannya dan membawa
sensasi hangat dan menyenangkan. Setelahnya, dia meraih sumpit dan mulai
memasukkan camilan ke dalam mulutnya.
Kedua namja tampan seprofesi ini terdiam cukup lama. Masing-masing sibuk
dengan pikiran dan euforianya. Hanya suara denting gelas yang beradu dan suara
air yang menggelegak yang mengisi keheningan di antara mereka.
Sementara di kejauhan
tampak Tuan Kang yang tengah memperhatikan mereka, dengan yakin menarik sebuah
kesimpulan bahwa ada sesuatu yang tidak biasa yang sedang terjadi dan hal
itulah yang membuat mereka tenggelam dalam kesunyian tanpa obrolan. Anak muda
zaman sekarang memang sering terlihat banyak pikiran dan terkadang itu
sebenarnya tidak cocok dengan usia mereka, begitu pikir Tuan Kang.
“Hyung,” panggil Changmin, mencoba memulai pembicaraan.
Jaejoong hanya
mendongakkan kepalanya dan menatap Changmin sekilas dengan pandangan bertanya.
“Ada apa?” tanya Changmin.