13 September 2014

Penerapan Prinsip Pengembangan Diri Dalam Setiap Kegiatan Nonakademik Di Lingkungan Sekolah dan Universitas

PENERAPAN PRINSIP PENGEMBANGAN DIRI
DALAM SETIAP KEGIATAN NONAKADEMIK
DI LINGKUNGAN SEKOLAH DAN UNIVERSITAS


Kristalicia Rizki

Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil, Universitas Diponegoro, INDONESIA.


1.             PENDAHULUAN

1.1.       LATAR BELAKANG

Sebelum media massa ramai memberitakan tentang pemilu presiden yang diselenggarakan 9 Juli lalu, masyarakat dikejutkan dengan berita mengenai Arfiand Caesar Al Irhami (16), seorang pelajar SMA Negeri 3 Jakarta, yang meninggal dunia saat mengikuti ekstrakurikuler pencinta alam di Gunung Tangkuban Perahu, Jawa Barat. Kematian siswa kelas X IPA A ini diduga akibat tindak penganiayaan yang dilakukan oleh alumni.
Sementara itu, pada April 2014, dunia pendidikan kembali tercoreng namanya. Terkuaknya kasus penganiayaan berujung kematian yang menimpa Dimas Dikita Handoko, seorang taruna Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran (STIP), kembali menguatkan bahwa pendidikan di Indonesia saat ini masih diwarnai dengan berbagai tindak kekerasan yang berkedok kegiatan orientasi, kegiatan ekstrakulikuler, maupun kegiatan nonakademik lainnya.
Hal ini tentu sangat disayangkan, mengingat sistem pendidikan itu sendiri juga masih perlu banyak pembenahan dari “dalam”, kejadian seperti ini tentu membawa pengaruh buruk bagi semua pihak. Kekerasan yang terjadi akibat dari efek rantai balas dendam ini sudah seharusnya kita hentikan sedini mungkin agar menghindari jatuhnya korban lain.

1.2.       PERMASALAHAN

Bagaimana cara efektif untuk mengatasi tindak kekerasan yang terjadi di lingkungan sekolah dan universitas?

1.3.       TUJUAN

·         Untuk mengurangi kasus kekerasan dan pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) yang terjadi di instansi pendidikan seperti sekolah dan universitas.
·         Membentuk generasi muda penerus bangsa yang memiliki akhlak, moral, mental, dan tingkah laku yang mampu membawa perubahan positif bagi Tanah Air.

2.             ISI

Dewasa ini berita mengenai tindak kekerasan yang terjadi di sekolah maupun universitas seolah menjadi hal biasa bagi masyarakat kita, seperti apabila kita mendengar kasus yang terjadi di IPDN. Kasus-kasus seperti ini sangat disayangkan terjadi, karena sekolah dan universitas merupakan lingkungan formal yang seharusnya dapat membentuk dan mendidik para generasi muda Indonesia, bukan sebaliknya malah menjadi tempat yang “merusak” pemuda-pemudi kita.
Dengan latar belakang kegiatan nonakademik seperti ekstrakulikuler atau masa orientasi bagi siswa/mahasiswa baru, para senior seolah ingin menunjukkan eksistensi mereka di hadapan junior baru dengan cara melakukan tindak kekerasan yang dapat berujung penganiayaan. Hal ini terjadi karena tradisi balas dendam, yaitu mengulang perlakuan yang dulu pernah diterima oleh senior kepada junior baru mereka. Lingkaran setan ini tentu tak ada habisnya apabila tidak segera dihentikan.
Pengawasan dari pihak sekolah merupakan hal mutlak yang harus dilakukan. Setiap aktivitas yang dilaksanakan atas nama sekolah, khususnya aktivitas nonakademik, harus jelas tujuan dan rangkaian kegiatannya. Seluruh organisasi dan kegiatan ekstrakulikuler juga perlu memiliki guru atau pendamping khusus yang bertugas mengayomi para anak didiknya.
Menerapkan prinsip “Pengembangan Diri” dalam setiap kegiatan nonakademik dapat menjadi solusi yang efektif. Penerapan prinsip ini tentu akan membawa perubahan konsep pada setiap kegiatan sekolah, yang diharapkan dapat menghindari terjadinya tindak kekerasan atau penganiayaan yang dilakukan oleh senior maupun panitia kegiatan.
Sebagai contoh yaitu pada saat kegiatan masa orientasi sekolah (MOS). Dengan menanamkan prinsip “Pengembangan Diri”, maka kegiatan yang bertajuk pengenalan lingkungan sekolah kepada siswa baru dapat diselingi dengan berbagai aktivitas yang berguna bagi siswa itu sendiri seperti pelatihan soft skill, seminar atau workshop dengan pembicara yang dapat memberikan motivasi bagi siswa, atau bisa juga acara Gendhu-gendhu Rasa atau sharing yang melibatkan para senior atau kakak kelas sekaligus siswa baru, dimana dalam acara tersebut selain berbagi tentang pengalaman masing-masing dapat juga mempererat keakraban di antara siswa.
Dalam penerapannya di kegiatan ekstrakulikuler, misalnya perkumpulan mahasiswa pecinta alam, prinsip ini dapat mengubah tradisi ploncoan menjadi kegiatan yang lebih bermanfaat. Pada kegiatan penerimaan anggota baru, sebagai contoh, daripada melakukan kekerasan atau yang sering disebut sebagai latihan fisik, lebih baik diselenggarakan acara-acara seperti pengenalan tentang perkumpulan itu sendiri, sharing pengalaman dan masalah, atau kegiatan out-door yang bermanfaat juga bagi masyarakat umum seperti penanaman mangrove atau seribu pohon, bakti sosial, membersihkan sungai, mendaki gunung yang diselingi kegiatan bersih-bersih gunung, sosialisasi tentang peduli lingkungan, dan masih banyak lagi.
Pelaksanaan prinsip ini sangat memerlukan dukungan dari berbagai pihak termasuk sekolah/universitas, siswa/mahasiswa, serta orang tua/wali siswa, agar dapat memberikan dampak positif yang efektif bagi semua elemen yang terlibat di dalamnya. Yang juga tidak kalah penting adalah kemauan diiringi dengan tindakan dari dalam diri setiap individu, agar perubahan yang diharapkan dapat menjadi nyata. Bukankah pepatah lama berbunyi, perubahan besar berasal dari perubahan kecil yang berasal dari diri setiap orang?

3.             PENUTUP

3.1.       KESIMPULAN

Tindak kekerasan yang terjadi di lingkungan sekolah/universitas harus dihentikan sekarang juga agar selain tidak “merusak” para generasi penerus bangsa, juga tidak menimbulkan korban jiwa lainnya.

3.2.       SARAN
·         Perlunya pengawasan dari pihak sekolah/universitas dan orang tua siswa.
·         Penerapan prinsip “Pengembangan Diri” dalam segala kegiatan nonakademik yang diselenggarakan di sekolah/universitas.

DAFTAR PUSTAKA

Fitria, Apriliani Gita. (2014) Kasus SMA 3, KPAI Minta Menteri Nuh Evaluasi Ekskul http://www.tempo.co/read/news/2014/07/11/064592184/kasus-sma-3-kpai-minta-menteri-nuh-evaluasi-ekskul [accessed 12th July 2014].

Gunawan, Rizki. (2014) Mahasiswa STIP Marunda Tewas Dianiaya, Senior Ditangkap http://news.liputan6.com/read/2042209/mahasiswa-stip-marunda-tewas-dianiaya-senior-ditangkap#sthash.zJlCUHuh.dpuf [accessed 12th July 2014].

---. (2014) Terulangnya Kekerasan Taruna STIP http://news.liputan6.com/read/2043086/terulangnya-kekerasan-taruna-stip [accessed 12th July 2014].

Marboen, Adi. (2014) SMA Negeri 8 tegas awasi ekstrakulikuler http://www.antaranews.com/berita/441119/sma-negeri-8-tegas-awasi-ekstrakulikuler [accessed 12th July 2014].

Masrun, Firdaus dan Arni Gusmiarti. Di Balik Kematian Cliff Muntu (2014)  http://www.indosiar.com/ragam/di-balik-kematian-cliff-muntu_60772.html [accessed 12th July 2014].

Rusli, Andi. (2014)  Kronologi Penganiayaan di Kegiatan Sabhawana SMA 3 http://www.tempo.co/read/news/2014/07/07/064591046/Kronologi-Penganiayaan-di-Kegiatan-Sabhawana-SMA-3 [accessed 12th July 2014].

Tarmizi, Tasrief. (2014) Polisi tetapkan lima tersangka kematian siswa SMAN 3 Jakarta




0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.

Followers

ABOUT ME

Foto saya
Im a HUMANOIDS, not A-N-D-R-O-I-D~! I ♥ TVXQ. Fan of Lee Min Ho. Support VR46. Love watching SHINHWA Broadcast. :) me YUNJAE-shipper. not really into KPOP, but interest in JPOP esp ARASHI. member of GARUDA SIPIL 2013. ALWAYS KEEP THE FAITH!