31 Maret 2014

SKANDAL - Chapter 11 (END)

SKANDAL
Chapter 11 (END)

-xxx-

Park Yoochun melangkahkan kakinya cepat-cepat menuju ruang guru ketika dirinya baru saja teringat sesuatu yang penting. Sebenarnya Yoochun sudah mengingat-ingatnya sejak tadi pagi dia akan berangkat ke sekolah, namun baru sekarang ingatan itu kembali muncul dalam benaknya. Beruntung siang ini Yoochun sudah tidak ada jam mengajar, jadi dia punya waktu bebas sampai pulang sekolah nanti.
            Setengah berlari, Yoochun melirik sekilas ke arah jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya. ‘Hampir waktunya. Aish… sepertinya sudah mulai,’ batinnya panik.
             Dengan segera, Yoochun menerobos masuk begitu saja ke dalam ruang guru, menarik perhatian beberapa pasang mata yang ada di sana. Suasana ruang guru di saat jam mengajar tak terlalu ramai, hanya ada beberapa guru yang memang sedang tidak ada jam mengajar yang duduk di sana. Dan sekarnag ini, hanya ada 3 orang guru termasuk sahabatnya yang tengah duduk di kursi masing-masing. Dan ketiga orang itu menatap Yoochun heran.
            “Yah, Jung Yunho,” seru Yoochun dengan nada yang agak tinggi begitu matanya bertemu pandang dengan mata sipit Yunho.
            “Apa?” sahut Yunho cepat dengan nada kesal dan alis yang bertaut.
            Tentu saja kesal. Bagaimana tidak? Yoochun yang tiba-tiba masuk ke ruang guru, lalu langsung saja memanggilnya dengan setengah berteriak seperti itu. Memang apa masalahnya?
            Yoochun segera menghampiri sahabatnya yang sejak selesai jam makan siang tadi sibuk membaca buku. Dengan muka serius, Yoochun menatap Yunho tajam, mengundang kerutan dalam di dahi Yunho.
            “Apa?” tanya Yunho lagi. Melihat tingkah aneh rekan kerja sekaligus sahabatnya ini membuat Yunho kesal tapi juga penasaran. Sepertinya ada sesuatu yang sangat penting.
            Yoochun mengatur napasnya sejenak. Agak lelah juga meski dia cuma berlari kecil dari toilet menuju ruang guru yang jaraknya tak begitu jauh. Sementara Yunho masih menatapnya dengan tatapan bingung bercampur kesal.
            “Yun,” katanya pelan sambil menepuk pundak kiri Yunho, “Ikut aku sekarang.”
            “Eh?” tandas Yunho cepat, dia masih belum bisa membaca situasi sekarang, “Kemana? Memangnya ada apa?”
            “Sudahlah, ikut saja,” jawab Yoochun dengan nada malas, “Aku malas menjelaskannya.”
            “Tapi—”
            Belum sempat Yunho menyelesaikan kalimat protesnya, Yoochun sudah menarik lengannya kuat dan membuatnya berdiri seketika dari tempat duduknya. Yunho hanya bisa bergumam tidak jelas sembari meletakkan bukunya asal karena Yoochun langsung menyeretnya berjalan keluar dari ruang guru.
            “Yah Park Yoochun, aku bisa jalan sendiri,” erang Yunho kesal sambil melepaskan cengkeraman tangan Yoochun pada lengan kirinya.
            Yoochun yang melihat Yunho sudah memasang muka kecut langsung melepaskan cengkeramannya dan berkata dengan nada tegas, “Ikut aku ke kantin.”
            “Mau apa?” tandas Yunho cepat seraya menghentikan langkahnya, membuat Yoochun yang beberapa langkah di depannya ikut berhenti.
            Yoochun berdecak kesal melihat Yunho yang sedang sangat tidak bisa diajak berkompromi hari ini, “Sudah, ikut saja dulu. Aku jelaskan nanti,” katanya dengan nada tidak sabar, sambil matanya melirik cemas ke arah jam tangannya.
            Yunho yang masih tidak mengerti juga, hanya berdiri terpaku di tempatnya sambil memandang Yoochun lekat-lekat, berusaha menerka apa yang tertulis di wajah sahabatnya itu.
            Sementara Yoochun yang sudah habis kesabarannya langsung saja menarik lengan Yunho lagi agar berjalan mengikutinya. Meski Yunho protes dan meronta, Yoochun tetap menyeret namja itu menuj ke kantin. Ini adalah urusan penting yang mendesak. Dan Yoochun sedang tidak ingin membuang waktu sekarang.
            Suasana kantin sepi begitu kedua namja sebaya ini sampai di sana. Hanya ada beberapa orang wanita berusia antara 40-50 tahun yang bekerja sebagai penjaga kantin yang ada di sana. Mereka pun tampak sibuk dengan pekerjaan masing-masing —membersihkan meja, mencuci piring, menata makanan ringan di rak, dan hal bersih-bersih lainnya—, sehingga hanya menatap sekilas ke arah Yochun dan Yunho yang memasuki kantin.
            Yunho yang sudah lelah menggerutu dan meronta sejak tadi akhirnya memilih untuk diam dan membiarkan Yoochun membawanya. Langkah kaki mereka baru berhenti ketika mereka sampai di depan sebuah televisi berukuran sedang yang ada di kantin.
            Yoochun membalikkan badannya dan menatap Yunho dalam, lalu melepaskan cengkeraman tangannya dari lengan Yunho kemudian berkata, “Lihat itu.”

            Yunho yang tidak mengerti apa-apa hanya menurut saja pada perintah Yoochun dan menatap ke layar televisi yang sedang menampilkan sebuah siaran live. Alis Yunho bertaut sambil memandang layar televisi itu lekat-lekat dengan otaknya yang sibuk berpikir mengenai acara yang sedang disiarkan itu.
            Kedua namja ini lama hanya berdiri terdiam sambil fokus memandang layar televisi, sampai kemudian Yunho bergumam lirih, membuat Yoochun menolehkan kepalanya menatap ke arah Yunho.
            “Jae…joong?” gumam Yunho. Tanpa sadar kakinya melangkah maju beberapa langkah, mendekati televisi yang terpasang di bagian atas pilar yang ada di hadapan mereka.
            Yoochun menatap Yunho. Seolah mengerti arti ekspresi di wajah Yunho, Yoochun segera berkata, “Kim Jaejoong menyelenggarakan konferensi pers siang ini. Katanya, dia ingin mengumumkan sebuah pernyataan.”
            Yunho memandang Yoochun sekilas sebelum kemudian kembali menatap lekat ke layar televisi, “Konferensi pers?” gumamnya.
            Berbagai pertanyaan kini mulai bermunculan di benak Yunho, seiring dengan berbagai perasaan yang bercampur aduk dalam hatinya.
            Konferensi pers? Penyataan? Apa maksudnya?
            Yunho mengacak rambutnya kasar. Dia benar-benar tidak mengerti apa yang sedang terjadi sekarang. Apa ini menyangkut skandal itu? Apa Jaejoong akan mengakuinya? Atau malah sebaliknya, menyangkal hubungannya dengan Wang Jihye?
            “Selamat siang. Terima kasih atas kesediaan rekan-rekan media sekalian untuk datang di acara konferensi pers siang ini. Pada kesempatan kali ini, saya akan membuat sebuah pernyataan. Mungkin pernyataan ini akan cukup mengejutkan dan terdengar sangat mendadak. Akan tetapi, saya pribadi sudah memikirkannya secara matang-matang dengan kepala dingin. Saya berharap, rekan-rekan media dan juga masyarakat luas dapat menerimanya dengan pikiran terbuka.”
            Benak Yunho langsung dipenuhi oleh berbagai pemikirannya begitu mendengar kata-kata Jaejoong barusan. Tubuhnya meremang penuh antisipasi, menantikan Jaejoong melanjutkan kalimatnya sembari dalam hati Yunho berdoa, berharap agar yang akan dia dengar selanjutnya bukanlah sesuatu yang buruk. Yunho berharap semua akan baik-baik saja.
            “Saya, Kim Jaejoong, memutuskan untuk mundur dari dunia hiburan.”
            Napas Yunho tercekat di tenggorokan mendengar Jaejoong mengatakan bahwa dia akan berhenti dari dunia hiburan. Bukankah itu artinya Jaejoong akan berhenti menjadi penyanyi? Kenapa tiba-tiba…?
            Kedua tangan Yunho terkepal erat-erat di samping tubuhnya. Matanya masih menatap tajam ke sosok Kim Jaejoong yang ada di layar televisi, sementara dadanya terasa mulai sesak. Jantungya pun mulai berdegup kencang membuat napasnya pendek-pendek tak beraturan. Rahangnya terkatup erat-erat, menimbulkan gurat-gurat samar pada wajah tampannya. Berbagai emosi bercampur dalam diri Yunho sekarang.
            Yoochun, yang sejak tadi berdiri di dekat Yunho, mengalihkan pandangannya dari televisi dan menatap sahabatnya lekat. Yunho tampak cukup terkejut mendengar kata-kata Jaejoong barusan, terlihat dari ekspresi wajahnya yang kacau.
            “Kenapa…?” desis Yunho lirih, namun masih bisa ditangkap oleh Yoochun.
            Yoochun hanya bisa menarik napas pelan lalu menepuk bahu Yunho dengan sebelah tangannya dan meremasnya. Yoochun tidak bisa memberikan komentar apa pun, juga tidak bisa memberikan kata-kata yang menenangkan sahabatnya itu, karena dia sendiri tidak tahu kejadiannya akan seperti ini.
            Sementara itu, suasana konferensi pers mulai berubah menjadi ricuh setelah Jaejoong mengeluarkan pernyataan yang mengejutkan semua pihak. Para wartawan yang hadir di sana tampak sibuk berlomba-lomba mengajukan pertanyaan untuk Jaejoong, menuntut penjelasan lebih dari namja itu.
            Yunho mulai gelisah melihat Jaejoong meskipun orang yang dicintainya itu terlihat tenang walaupun keadaan di ruang konferensi pers itu mulai berubah menjadi tidak kondusif. Kekhawatiran mulai mengusiknya dan semakin buruk oleh berbagai pertanyaan yang muncul dalam angan-angannya sendiri.
            “Saya akan menghentikan semua kegiatan saya di dunia entertainment, termasuk kegiatan saya sebagai seorang penyanyi.”
            Yunho tak tahu lagi harus berkata apa begitu mendengar langsung keputusan Jaejoong untuk berhenti menjadi penyanyi. Semuanya terasa begitu tiba-tiba. Bahkan tak pernah sedikit pun terlintas dalam benaknya Jaejoong akan mengambil keputusan seperti itu.
            “Keputusan untuk mundur dari dunia hiburan yang telah membesarkan nama saya hingga sampai pada titik ini bukanlah keputusan yang mudah untuk diambil. Namun meski sulit, saya sudah memikirkannya baik-baik. Pun juga dengan mempertimbangkan berbagai kemungkinan reaksi serta risiko yang mungkin terjadi dari segala sudut pandang. Saya yakin dengan keputusan yang saya ambil ini. Untuk itulah, saya ada di tempat ini sekarang untuk menyampaikannya pada masyarakat luas melalui rekan-rekan media.
“Saya mengambil keputusan ini, tentu bukan tanpa alasan. Akan tetapi, alasan tersebut lebih pada alasan pribadi yang tidak bisa saya ungkapkan di sini.”
            Dahi Yunho berkerut dalam memikirkan setiap kata yang meluncur dari bibir Jaejoong. ‘Alasan pribadi?’ batin Yunho sembari sibuk menerka-nerka maksud Jaejoong. Alasan pribadi mungkin lebih terkait pada perasaan atau orang-orang terdekatnya, tapi mungkin bisa juga karena faktor agensi tempat Jaejoong bernaung selama menjadi penyanyi. Atau karena keluarga? Atau karena… dirinya?
            Bolehkah Yunho sedikit berbangga dan senang bila itu memang benar karena dirinya dan demi dirinya?
            Kamera milik stasiun televisi yang menyiarkan acara konferensi pers tersebut masih berfokus menyorot Jaejoong yang duduk sendiri menghadapi para wartawan yang terlihat sangat antusias dalam mengajukan pertanyaan. Suasana di sana tampak masih ramai. Berbagai pertanyaan terus dilontarkan kepada Jaejoong yang sedari tadi memang belum menjawab satu pertanyaan pun. Dan kali ini kebanyakan pertanyaan yang diajukan terkait dengan kasus skandal antara Jaejoong dengan Wang Jihye.
            “Jadi selama ini Anda benar memiliki hubungan dengan Wang Jihye?”
            Tubuh Yunho menegang begitu pendengarannya menangkap suara samar seorang wartawan yang menyuarakan pertanyaan mengenai kebenaran hubungan Jaejoong dengan Jihye. Sel-sel saraf di tubuhnya mengantarkan impuls-impuls antisipasi ke sekujur tubuhnya, membuat Yunho menelan ludahnya gugup sekadar untuk membasahi tenggorokannya yang terasa kering.
            Memikirkan apa yang akan dikatakan Jaejoong mengenai skandal itu membuat Yunho makin gelisah. Selama ini dia percaya pada Jaejoong. Dia sangat berharap kalau itu semua tidak benar, sesuai dengan keinginannya selama ini. Akan tetapi kalau jawaban Jaejoong tidak seperti yang diharapkannya, sepertinya Yunho belum siap menerima kenyataan itu sekarang.
            “Mengenai kasus skandal saya dengan aktris Wang Jihye, saya tidak akan memberi komentar apa pun. Saya tidak akan membenarkan skandal itu, juga tidak akan menyangkalnya.”
            Yoochun yang berdiri tak jauh dari Yunho bisa mendengar Yunho menghela napas pelan. Matanya melirik ke arah Yunho dan sebuah ekspresi lega tampak cukup jelas di wajahnya. Yoochun tersenyum kecil melihat Yunho. Sebenarnya dia sendiri juga senang mendengar kata-kata Jaejoong tadi. Bukankah itu berarti Yunho masih bisa memegang harapan dan percaya pada Jaejoong seperti yang selama ini namja itu lakukan?
            “Wang Jihye, adalah seorang rekan dalam dunia entertainment sekaligus seorang teman. Dia memiliki pribadi yang baik dan menarik. Kemampuan dan bakatnya di bidang akting pun kini sudah banyak diakui. Aku yakin dengan semangat serta kemauannya sekarang ini, dia masih bisa terus dan terus berkembang menjadi lebih baik lagi. Aku akan sangat menantikan karya besarnya suatu hari nanti yang pasti akan jadi hit.”
            Kedua bola mata Yunho dapat menangkap seulas senyum yang terulas di wajah Jaejoong saat dia mengucapkan kalimat itu. Sebuah senyum tipis yang sudah lama tidak Yunho lihat pada Jaejoong. Senyum yang sudah cukup lama dia rindukan.
            Tanpa sadar Yunho juga ikut mengulum sebuah senyum di wajahnya. Rasanya perasaan lega bercampur senang memenuhi hatinya sekarang, serta beban yang ada di pikirannya belakangan ini seketika menguap bersamaan dengan senyum Jaejoong yang melekat dalam benaknya.
            Sedetik kemudian Yunho berbalik dan melangkah cepat keluar dari kantin. Melihat Yunho yang tiba-tiba pergi begitu saja, Yoochun segera berteriak, membuat Yunho menghentikan langkahnya.
            “Yah Jung Yunho, kau mau kemana?!” seru Yoochun cepat begitu mendapati Yunho sudah erada di ambang pintu.
            Yunho menghentikan langkahnya dan berdiri dengan punggung yang menghadap Yoochun selama beberapa saat, sebelum kemudian Yunho memutar tubuhnya hingga kini dia berdiri dalam posisi menyamping. Kepala Yunho tertunduk sesaat, lalu menoleh ke arah Yoochun yang sedang menatapnya bingung.
            Yunho menatap Yoochun lekat dengan sebuah senyum di bibirnya sembari berkata, “Aku telah menemukannya.”
            “Eh?” sahut Yoochun, dia tidak mengerti apa yang Yunho maksudkan.
            “Aku harus pergi sekarang, Yoochun-ah,” kata Yunho lagi, kali ini senyum di wajahnya semakin lebar.
            “Tapi konferensi persnya belum—”
            “Terima kasih banyak, Yoochun-ah,” kata Yunho kemudian segera berlalu meninggalkan kantin dan meninggalkan Yoochun yang masih berdiri terpaku di tempatnya semula.
            Butuh waktu bagi Yoochun untuk mencerna apa yang baru saja terjadi. Yunho yang tiba-tiba pergi. Konferensi pers Jaejoong yang belum selesai. Skandal antara Kim Jaejoong dengan Wang Jihye yang belum memiliki kejelasan sampai sekarang. Yunho yang berterima kasih padanya.
            Kedua mata Yoochun mengerjap-ngerjap bingung sementara Yunho sudah menghilang dari pandangannya. Alisnya masih bertaut sembari memikirkan alasan yang membuat Yunho tiba-tiba saja pergi.
            Perhatian Yoochun kembali tersita ke arah televisi begitu mendengar suara Jaejoong yang masih berbicara. Dilihatnya namja itu tampak tenang, dengan sebuah senyum di wajahnya.
            Yoochun terdiam sambil berpikir sejenak. Senyum?
            Tadi sebelum Yunho pergi,  pria itu tersenyum ke arahnya sambil berkata ‘Aku telah menemukannya’ yang Yoochun sendiri tak tahu artinya.
            Tunggu! Senyum Yunho tadi… terasa agak berbeda?
            Yoochun terdiam cukup lama sebelum kemudian menggumam, “Ah, aku mengerti,” gumamnya lirih. Sebuah senyum terkulum di bibirnya, mengingat ekspresi Yunho tadi tepat sebelum pria itu pergi meninggalkannya sendirian di kantin.
            ‘Kejarlah apa yang harus kau kejar, Jung Yunho,’ batin Yoochun.
*          *          *
            Jung Yunho menghentikan mobilnya begitu sampai di tempat yang ditujunya. Mobilnya terparkir di seberang jalan tak jauh dari sebuah gedung bertingkat. Sembari melepaskan seat­-belt, matanya menatap ke arah sekeliling.
            Tak jauh dari tempatnya, ada sebuah van hitam yang berhenti di depan gedung tersebut. Yunho menarik napas lega begitu mengenali van hitam itu sesudah memperhatikannya lekat-lekat.
            “Huft, sepertinya belum terlambat,” gumam Yunho.
            Setelah mematikan mesin mobilnya, Yunho menyandarkan punggungnya ke kursi dan menarik napas dalam-dalam.
            Sejak tadi jantungnya memang terpacu lebih cepat dari biasanya, dan sekarang semakin cepat karena perasaan senang bercampur semangat yang merambat melalui sel-sel sarafnya, membuat Yunho kini sibuk menenangkan dirinya dengan cara mengambil napas dalam-dalam kemudian menghembuskannya melalui mulut.
            Sesekali Yunho memejamkan matanya untuk sekadar menjernihkan pikirannya, namun matanya juga tetap mengawasi gedung itu dengan lekat. Ditatapnya pintu gedung itu dengan penuh antisipasi. Matanya dengan jeli memperhatikan setiap orang yang berjalan di area bagian depan gedung tersebut.
            Jemari Yunho bergerak menekan tombol yang ada di pintu mobil dan menurunkan kaca mobil hingga setengahnya. Jantung Yunho berdegup cukup kencang lagi ketika benaknya membayangkan sosok yang ditunggunya akan muncul dari balik pintu transparan gedung tersebut. Kali ini degupan tersebut bukan karena gelisah atau khawatir, melainkan karena semangat yang bercampur senang atas penantiannya selama ini.
            Yunho merebahkan sejenak kepalanya pada kedua tangannya yang bersandar pada stir mobil, masih dengan tidak melepaskan pandangan dari gedung itu. Matanya beberapa kali mengedarkan pandangan berkeliling, mencoba menemukan apakah ada wartawan atau pun fans yang berjaga di area sekitar gedung. Yunho menghela napas pelan ketika tampaknya suasana di sana cukup normal, tidak terlihat ada ramai-ramai atau segerombolan orang yang berkerumun.
            Detik demi detik yang dilalui Yunho membuat namja itu semakin tidak sabar. Rasanya dia ingin segera bertemu orang yang sedang dinantikannya dan meluapkan perasaan yang lama terpendam dalam dirinya.
            Kedua kelopak mata Yunho terpejam. Semilir angin lembut yang membawa sensasi sejuk menyapu wajahnya melalui celah jendela. Dalam benaknya muncul wajah orang itu. Wajah yang dihiasi senyuman hangat dengan sorot mata teduh yang sangat disukainya. Wajah yang tak asing lagi dalam hidupnya.
            Orang itu muncul dalam benak Yunho, yang tanpa sadar membuat seulas senyum tipis muncul di wajahnya. Darah dalam tubuhnya terasa mengalir dengan cepat, membuat jantungnya berdetak semangat hanya dengan membayangkan orang itu dalam otaknya. Dengan memikirkan dirinya yang akan segera bertemu orang itu, perasaannya menjadi campur aduk namun membawa sensasi yang menyenangkan dalam dirinya.
            Orang itu adalah Kim Jaejoong.
            Yunho membuka kedua matanya ketika angin kembali berhembus menerpa wajahnya. Sepasang mata sipitnya yang mengawasi pintu depan gedung dengan tajam, mengantarkan sinyal-sinyal ke otaknya yang membuat Yunho langsung menegakkan tubuhnya. Seketika itu juga Yunho menahan napas begitu melihat sosok yang ditunggunya tampak berjalan keluar dari gedung tersebut. Orang itu, Kim Jaejoong, tak sendiri. Dia bersama seorang namja yang berjalan di sampingnya dan 2 orang berpakaian serba hitam yang mengawal di belakang mereka.
            Tangan Yunho dengan cepat meraih gagang pintu dan pintu mobilnya segera mengayun terbuka sedetik kemudian. Yunho melangkah keluar dari mobil tanpa melepaskan sedikit pun pandangan dari orang itu.
            Jantung Yunho berdetak makin cepat seiring dengan kakinya yang mulai melangkah menghampiri Jaejoong. Matanya menatap lekat ke arah Jaejoong dan berbagai perasaannya langsung membuncah dalam dada.
            Setiap langkahnya terasa begitu ringan dan makin melegakan hatinya, membuat sebuah senyum samar di wajah Yunho. Jantungnya masih berdegup cepat dalam penantian. Berkebalikan dengan waktu yang seolah berjalan begitu lambat, menciptakan getaran-getaran menyenangkan dalam hatinya. Meski jarak di antara mereka masih cukup jauh, namun Yunho sudah bisa menemukan apa yang dicarinya hanya dengan melihat ekspresi wajah Jaejoong.
            Yunho melihat Jaejoong berjalan menuju van hitam yang terparkir di depan gedung dengan kepala agak sedikit tertunduk, membuat Yunho berpikir kalau penyanyi yang baru saja memutuskan untuk menghentikan kegiatan keartisannya itu tidak menyadari kalau Yunho sedang berjalan ke arahnya. Tapi yunho tidak mempermasalahkan hal sepele itu, toh cepat atau lambat Jaejoong akan menyadari kehadirannya.
            Kaki-kaki Yunho berhenti melangkah dan berdiri di posisinya sekarang yang berjarak kurang lebih 3 meter dari van hitam yang sedang menunggu Jaejoong. Jantungnya makin berdetak tak karuan ketika Jaejoong berjalan makin dekat ke arahnya. Walaupun dirinya ingin segera meraih tubuh Jaejoong dan memeluknya erat, menumpahkan semua perasaan rindunya yang mendalam pada namja itu, tapi Yunho memilih untuk menunggu dan berdiri diam di sana sampai Jaejoong melihatnya.
            Penantian Yunho tak berlangsung lama, karena beberapa detik kemudian Jaejoong mengangkat kepalanya dan membuat keduanya bertemu pandang. Langkah Jaejoong langsung terhenti ketika doe eyesnya menemukan seorang Jung Yunho yang tengah berdiri sambil menatapnya.
            Yunho tak tahu lagi bagaimana harus mengungkapkan perasaannya ketika matanya menatap ke dalam mata Jaejoong. Wajah Jaejoong tampak cukup kaget, mungkin karena kehadirannya yang mendadak dan di luar dugaan. Sorot mata Jaejoong pun dengan jelas menampakkan keterkejutan itu. Namun demikian, hal itu tidak menyurutkan Yunho untuk menemukan sebersit perasaan cinta dan rindu yang mendalam yang dipancarkan kedua iris hitam Jaejoong.
            Untuk beberapa saat keduanya hanya saling memandang dalam diam. Tak ada satu pun yang berniat bergerak untuk menghampiri yang lain terlebih dahulu. Tampaknya keduanya begitu terlarut dalam euforia dan pikiran masing-masing.
            Jaejoong mengerjapkan matanya beberapa kali, seolah masih belum mempercayai apa yang dilihatnya, kemudian menggumam lirih. Tentu saja dari jarak sejauh itu, Yunho tidak bisa mendengar apa yang dikatakan Jaejoong. Namun dari gerakan bibir Jaejoong, Yunho bisa tahu kalau Jaejoong tadi melafalkan namanya.
            Yunho tersenyum, masih dengan menatap Jaejoong lekat, ‘Aku tidak akan berpaling kali ini. Dan aku tidak akan membiarkanmu pergi lagi, Kim Jaejoong,’ batin Yunho.
*          *          *
            Kim Jaejoong semakin bersemangat begitu melihat pintu depan yang tak jauh lagi berada di depannya. Rasanya dia ingin cepat-cepat keluar dari sini, lalu segera masuk ke dalam van dan secepatnya mencari seseorang yang sudah lama dirindukannya, Jung Yunho.
            Jaejoong memang memutuskan untuk menemui namja yang sudah lama tidak dia temui itu segera setelah semua urusannya terkait pekerjaan sebagai artis sekaligus penyanyi selesai diurusnya. Jaejoong berniat kembali ke sisi namja yang selalu mengisi hatinya itu. Meskipun berbagai pemikirannya mengatakan Yunho bisa saja menolaknya atau mencampakkannya karena sakit hati atau semacamnya, tapi Jaejoong terus berusaha berpikir positif.
            Dia percaya pada Yunho, dan Yunho percaya padanya. Jaejoong terus memegang kata-kata itu selama ini, yang terus membuatnya sanggup berdiri hingga sekarang.
            Jadi sekalipun nanti Yunho akan menolaknya, dia tidak akan menyerah sampai di situ. Jaejoong akan terus berusaha. Usaha yang sama kerasnya seperti usaha Yunho untuk melindunginya selama ini.
            “Jaejoong-ah,” panggil Junsu, beberapa langkah sebelum mereka mencapai pintu keluar, “Pokoknya kau harus berhati-hati, ne? Sekalipun sepertinya tidak ada wartawan yang mengikuti kita, alangkah lebih baik jika kita tetap waspada. Mobilnya sudah menunggu di luar. Kita langsung masuk secepatnya ke dalam mobil, oke?”
            Jaejoong menatap Junsu sekilas sebelum kemudian menganggukkan kepalanya, “Eum, aku mengerti, hyung.”
            Junsu ikut menganggukkan kepalanya. Kemudian manajer Jaejoong itu tampak memberikan sedikit instruksi kepada 2 orang bodyguard yang mengikuti mereka sejak tadi, yang juga diikuti oleh sebuah anggukkan.
            Petugas security yang berjaga di samping pintu menundukkan kepalanya begitu melihat Jaejoong yang hendak keluar, bersamaan dengan pintu transparan otomatis yang perlahan terbuka.
            Jaejoong hanya menganggukkan kepalanya samar ke arah petugas security itu sembari berjalan melewati pintu. Semilir angin yang berhembus langsung menyambut Jaejoong begitu dia melangkahkan kaki keluar. Semilir angin yang terasa begitu lembut dan sejuk, membawa sensasi menenangkan tersendiri pada diri Jaejoong.
            Teringat pada kata-kata Junsu tadi, Jaejoong sedikit mempercepat langkahnya menuju ke arah mobil hitam yang sudah menunggu dirinya dan Junsu. Untuk menghindari wartawan yang mungkin akan mengejarnya, Jaejoong sedikit menundukkan kepalanya dan berusaha tidak terlihat mencolok yang menarik perhatian.
            Beberapa langkah sejak Jaejoong keluar dari gedung, keadaan di sekitanrnya tampak normal seperti biasa. Tidak ada tanda-tanda kemunculan wartawan atau pun fans yang mengejarnya. Hanya tampak beberapa orang yang berlalu-lalang biasa. Bahkan hanya ada suara derap langkah kaki mereka yang terdengar, diselingi dengan suara deru mobil yang lewat di jalanan. Apakah Jaejoong sudah kehilangan perhatian dari khalayak umum? Secepat itukah, mengingat keputusannya untuk berhenti dari dunia hiburan baru disiarkan beberapa saat lalu?
            Merasa situasinya cukup tenang, Jaejoong mengangkat kepalanya berniat untuk mengedarkan pandangannya ke sekeliling. Dan tepat ketika kepalanya terangkat itulah, doe eyesnya bertemu pandang dengan mata sipit dengan sorot mata tajam milik seseorang yang sangat dikenalnya.
            Langkah kaki Jaejoong terhenti seketika itu juga. Meski jaraknya cukup jauh, tapi Jaejoong bisa dengan jelas mengenali siapa pemilik sepasang mata sipit itu.
            Junsu yang sedari tadi berjalan di samping Jaejoong, ikut menghentikan langkahnya dan menatap Jaejoong bingung. Begitu pula dengan kedua orang bodyguard yang berjalan mengiringi mereka, ikut menghentikan langkah dan berdiri diam di tempatnya.
            Baru saja Junsu akan bertanya pada Jaejoong, tapi kata-katanya terhenti di tenggorokan ketika dilihatnya Jaejoong yang tengah menatap lurus ke depan dengan ekspresi terkejut. Mengikuti pandangan Jaejoong, Junsu menolehkan kepalanya dan menatap ke depan. Saat itu juga Junsu terkesiap kaget melihat seorang namja yang berdiri tak jauh dari mereka.
            Namja itu… tidak asing baginya, terutama bagi Jaejoong. Tapi kenapa namja itu muncul di sini secara tiba-tiba?
            Sejak tadi Junsu memang sibuk mengedarkan matanya ke sekeliling, mencoba mengawasi apakah ada wartawan atau pun fans yang mengejar mereka. Dan kesibukannya itu membuatnya tidak menyadari namja itu telah berdiri di sana. Bahkan Junsu sama sekali tidak menyangka namja itu akan muncul secepat ini.
            Jaejoong yang masih tampak terkejut hanya bisa berdiri terdiam tanpa mengalihkan pandangannya sedetik pun dari namja itu.
            Sesosok namja berpakaian rapi dengan kemeja putih bergaris dibalik sebuah blazer hitam yang dipadukan dengan celana panjang hitam sedang berdiri beberapa meter darinya. Namja itu tengah menatapnya lekat dengan sorot mata tajam yang meneduhkan, yang sudah lama dia rindukan. Berbagai perasaan Jaejoong langsung menguap dalam satu waktu, membuat jantungnya berdegup kencang dan napasnya sedikit tercekat.
            ‘Benarkah ini? Tapi… kenapa…?’ batin Jaejoong ditengah-tengah keterkejutannya, sembari kedua matanya mengerjap-ngerjap beberapa kali, berusaha memastikan apa yang dilihatnya bukanlah ilusi semata.
            Jaejoong menatap sosok namja itu lekat-lekat, memandang ke dalam iris hitam milik namja itu.
            “Yun…ho?” gumam Jaejoong lirih.
            Namja itu tidak mengatakan sepatah kata pun. Hanya seulas senyum hangat yang tampak di wajah tampannya. Senyum itu… Jaejoong juga tidak merasa asing dengan senyum itu.
            Tak berapa lama kemudian, hatinya langsung menjerit senang. Ya, matanya tidak salah. Jaejoong yakin benar dengan apa yang dilihatnya. Dia yakin itu Yunho. Jung Yunho yang sangat dia rindukan. Jung Yunho yang ingin segera dia temui. Jung Yunho yang sangat dicintainya sampai sekarang.
            Yunho masih berdiri di tempatnya. Juga masih dengan senyuman di wajahnya. Melihat itu, tanpa sadar Jaejoong ikut menyunggingkan seulas senyum. Entah apa kata-kata yang tepat untuk Jaejoong mengungkapkan perasaannya sekarang, Jaejoong tidak tahu. Semuanya bercampur aduk begitu saja, memenuhi dadanya dan membawa sebuah perasaan hangat yang disukainya. Berapa kali pun Jaejoong bertemu pandang dengan Yunho, perasaannya tidak pernah berubah. Tetap sama sejak saat mereka pertama kali bertemu di halte bus itu sampai detik ini. Perasaan dekat sekaligus aman, yang membuatnya selalu merasa Yunho adalah rumahnya, tempat dimana dia akan selalu kembali ke sana.
            Walau tanpa kata-kata, sepertinya perasaan keduanya sudah cukup tersampaikan hanya dengan saling bertukar pandangan. Junsu pun merasa begitu.
            Hanya dengan melihat cara kedua orang itu saling berpandangan, Junsu bisa menebak bagaimana perasaaan mereka sekarang, terutama Jaejoong. Dia sudah cukup lama mengenal Jaejoong, tak heran bila dia bisa mengerti perasaan Jaejoong.
            Tak mau menganggu kedua orang itu, Junsu pun memutuskan untuk berdiri diam saja di tempatnya. Masalah wartawan atau juga fans, Junsu tidak mau ambil pusing lagi. Meski mereka mulai muncul dari kejauhan menuju ke arahnya dan Jaejoong dengan membawa keriuhan, Junsu memilih untuk tidak peduli. Masa bodoh dengan mereka. Terserah orang-orang itu mau berbuat apa, asal tidak melukainya dan melukai Jaejoong. Juga asalkan mereka tidak menginterupsi privasi Jaejoong dan Yunho dengan berbagai pertanyaan atau jeritan tidak jelas.
            Masih larut dalam pikiran dan emosi masing-masing, kedua insan ini hanya berdiri diam terpaku di tempatnya. Namun tak butuh waktu lama, sampai Yunho mulai melangkah mendekat ke arah Jaejoong.
            Tautan tatapan mereka tak terputus sedikit pun. Dan seolah tertarik oleh keinginan, Jaejoong pun ikut melangkahkan kakinya perlahan mendekat ke arah Yunho, meninggalkan Junsu yang tengah menatap mereka berdua dengan seulas senyuman.
            Langkah demi langkah, keduanya saling mendekat. Jantung masing-masing pun berdegup makin kencang, mengantarkan friksi menyenangkan ke seluruh tubuh mereka. Dan seiring dengan langkah kaki mereka, dimensi di sekeliling keduanya seolah-olah tampak memudar perlahan. Menyisakan sepasang manusia, Jung Yunho dengan Kim Jaejoong dalam dunia mereka sendiri, sebuah dimensi dengan latar belakang putih tanpa ada orang lain di sana. Hanya ada mereka, Yunho dan Jaejoong.
            Yunho yang pertama menghentikan langkahnya, diikuti dengan Jaejoong yang juga menghentikan langkahnya. Keduanya masih menatap lekat satu sama lain, seolah terpaut erat tanpa bisa terlepaskan dari iris satu sama lain. Bibir keduanya masih terkatup tanpa sepatah kata pun. Hanya ada senyuman yang menghiasi wajah mereka.
            Kembali kedua insan ini berdiri terpaku dalam diam. Namun demikian, meski hanya dengan sebuah senyum dalam diam, perasaan antar keduanya tersampaikan dengan jelas. Cukup dengan saling memandang, keduanya bisa merasakan perasaan satu sama lain. Mungkin itu karena ikatan kuat di antara mereka, yang menjadi semakin kuat belakangan ini setelah menghadapi berbagai masalah dan konflik yang tak hanya melibatkan fisik melainkan juga batin.
            Perlahan tangan kanan Yunho terangkat dan telapak tangannya terjulur ke arah Jaejoong yang berdiri 1 meter di hadapannya.
            Jaejoong menatap Yunho bingung, sambil matanya bergantian menatap ke arah Yunho kemudian menatap telapak tangan Yunho, lalu berbalik menatap Yunho. Jaejoong terdiam beberapa saat tanpa respon, sementara otaknya masih sibuk berpikir dan mengolah tindakan Yunho barusan. Dan Yunho masih betah menatap Jaejoong lekat sembari tersenyum lembut.
            Namun tak butuh waktu lama bagi Jaejoong untuk mengerti. Dengan senyuman yang menghiasi wajahnya, perlahan tangan kiri Jaejoong terangkat. Jaejoong meletakkan telapak tangan kirinya di atas telapak tangan kanan Yunho dan meraih uluran tangan namja itu.
            Kedua telapak tangan mereka saling terpaut dan tergenggam erat. Perasaan mereka semakin tersalurkan dengan kuat lewat genggaman tangan mereka. Semua rasa rindu kini telah terobati. Dan perasaan kasih antara keduanya kini semakin dalam di setiap detik yang mereka lewati dengan saling menggenggam tangan satu sama lain.
            “Terima kasih, Yunho,” kata Jaejoong lirih, sambil masih tersenyum menatap ke arah Yunho.
            Yunho bisa menangkap dengan jelas ketulusan dari kata-kata Jaejoong. Mendengar suara Jaejoong lagi, membuat perasaan Yunho menghangat dan rasa bahagia memenuhi dadanya sekarang. Pun sama dengan Jaejoong yang merasa bahagia sekaligus lega, dengan kehadiran seorang yang dicintainya yang tengah berdiri di hadapannya sembari tersenyum dan menggenggam tangannya erat.
            “Selamanya, aku percaya padamu… Kim Jaejoong. Selamanya… perasaanku padamu tidak akan pernah berubah.”
*          *          *

- TAMAT -


P.S
Huuaaaaahhhhh! Akhirnya fic yang udah setahun ada di komputer, selesai juga! :)
Terima kasih, Tuhan.
Terima kasih YUNJAE. :* Terima kasih DB5K. <3 o:p="">
Otsukaresama-deshita, Kikie~~ ^^ You did a GREAT job!

Ga nyangka banget akhirnya fic ini selesai setelah melewati banyak perjuangan seperti WB dan krisis ide, serta UN dan segala hal tentang sekolah.
Mulai diketik tanggal 30 Juni 2012, selesai tanggal 4 Agustus 2013 dini hari jam 00.31 WIB. Mulai diketik bersama Sakura dan diakhiri bersama Lomo. :)

Fic ini dipersembahkan untuk seluruh YUNJAE-shipper. Untuk semua Cassiopeia around the world. Untuk our OT5. Dan untuk semua readers yang berkenan baca fic ini. Thank you so much and I love you all~ <3 o:p="">

Belakangan ini aku SANGAT dan SEMAKIN merindukan TVXQ with 5 members. :’( kangen berat sama mereka!! T__T rasanya keinginanku agar TVXQ kembali berlima makin kuat dari hari ke hari.
Beberapa hari ini kau terus memutar lagu-lagu lama TVXQ, terutama yang mellow-mellow. OMG, miss them so damn much! T__T
Jiwa YJS-ku belakangan juga makin menjadi aja. Alhasil aku kangen ngelihat momen mereka berdua lagiiii! :’(
Jadi pengin nangis nih. T__T

But we always keep the faith, right? :)
Let’s be strong together. As strong as our oppars do. :’)
Ganbareee! Hwaiting! Fighting! ^^
ALWAYS KEEP THE FAITH!
And… YUNJAE IS REAL! :)

Last, minta komentarnya dong~~ :3 buat semua silent reader, mohon tinggalkan jejak di chapter terakhir ini yaa. mohoooonn banget. :) Arigachuuuu~ :*

4th August 2013. 00.47 a.m.
-Kristalicia Rizki-Kikie-HISAGIsoul-kikie__fumi46-

0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.

Followers

ABOUT ME

Foto saya
Im a HUMANOIDS, not A-N-D-R-O-I-D~! I ♥ TVXQ. Fan of Lee Min Ho. Support VR46. Love watching SHINHWA Broadcast. :) me YUNJAE-shipper. not really into KPOP, but interest in JPOP esp ARASHI. member of GARUDA SIPIL 2013. ALWAYS KEEP THE FAITH!