Siapa yang jadi anak pertama dalam
keluarganya? Uuntuk kalian semua tanpa terkecuali, yang jadi anak pertama dan
memiliki adik, aku acungi jempol. Salut buat kalian semua, kakak-kakak~! :) Ini
serius. Aku kagum banget dengan yang namanya seorang kakak. Aku sendiri anak
ke-2, dan punya seorang kakak perempuan.
Beberapa
waktu lalu, suatu hari yang sudah lama berlalu, ketika aku naik angkutan umum
di perjalanan pulang, aku merasakan benar betapa seorang kakak memiliki hati
yang sangat lapang. Waktu itu aku pulang bareng Fitri, entah Fitri ingat atau
tidak. :p
Jadi,
sebermula, ada seorang anak laki-laki, seorang ibu, dan seorang balita
perempuan yang tentu saja adalah adik si anak laki-laki. Mereka bertiga naik
angkot yang sama denganku dan duduk di depanku. Si Ibu menggendong sang adik.
Si adik masih balita kurasa, atau mungkin batita, ah aku sendiri tidak bisa
memperkirakan umur bayi. Yang jelas si adik masih digendong oleh ibunya.
Sepanjang
perjalanan perhatianku tersita kepada mereka dan pikiranku sudah merancang akan
menulis kisah ini. ^^
Si kakak memegang sebuah mainan senapan (atau istilah
anak-anaknya adalah tembak-tembakan)
dari plastik yang berukuran cukup besar. Mainannya masih dibungkus, kurasa baru
saja dibeli. Nah, si adik yang tertarik dengan mainan yang dipegang kakaknya,
berusaha mengambil mainan tersebut. Sebenarnya kurasa lebih tepat menggunakan
kata merebut, karena menurut pandanganku si adik itu ngotot mengambil mainan
kakaknya meski si kakak berusaha bersikap egois.
Si
kakak menolak, memegang kuat mainannya, dan protes pada ibunya. Tapi si adik
lalu merajuk dan mulai meraung hampir menangis. Si Ibu yang melihat kedua
anaknya berebut itu langsung saja melerai dengan mencoba meyakinkan sang kakak
bahwa si adik hanya meminjam sebentar dan menyuruh si kakak membiarkan adiknya.
Si kakak terdiam dan melihat mainannya ditarik pelan oleh si adik, yang
kemudian membuat plastik yang membungkus mainan itu terbuka.
Bisa
kulihat raut wajah kakak yang kecewa dan langsung melapor pada ibunya bahwa
plastiknya sudah terbuka. Aku tahu perasaan itu. Mungkin sama dengan perasaan
ketika kado milik kita malah dibuka oleh orang lain. Si Ibu menanggapi ringan
saja dengan berkata toh nanti juga dibuka. Si kakak terdiam lagi dan hanya bisa
mengalah untuk adiknya.
Aku
dapat merasakan bagaimana gondoknya ketika melihat sesuatu yang menjadi milik
kita disentuh oleh orang lain padahal kita sendiri tidak ikhlas untuk
menyerahkannya. Terdengar egois memang, tapi aku merasa hal seperti itu perlu sepanjang
itu untuk melindungi apa yang kumiliki.
Dan
dari kejadian itu aku belajar bahwa seorang kakak memiliki hati yang sangat
lapang dan dengan berbesar hati mau mengalah pada adiknya. Mungkin dalam hati
kakak sendiri merasa kesal, tapi setidaknya yang terlihat di mata kita sebagai
adik adalah kakak yang baik hati yang mau mengalah demi adiknya. Aku sendiri
sebagai seorang adik menyadari, aku tidak mempunyai kebesaran hati seorang
kakak seperti itu, dan sepertinya itulah yang menjadikanku tidak terlalu
menyukai anak-anak di bawah 10 tahun.
Maka
dari itulah, untuk semua orang yang menjadi kakak, aku sangat bangga pada
kalian semua. Kalian adalah orang-orang hebat yang dipilih khusus oleh Tuhan
untuk menjadi seorang kakak, yang menurutku sama sekali tidak mudah. :) Dan
terkhusus untuk Cici Lina, terima kasih untuk segalanya. :) Kalau dihitung, aku
berhutang banyak sekali pada Ci Lina. Maaaf ya kalau aku sering jadi anak yang
menyebalkan. Terima kasih untuk semua kenangan indah yang sudah Ci Lina berikan
untukku. Love you my sister~~ <33 p="">
33>
33>
0 komentar:
Posting Komentar