SKANDAL
Chapter 11 (END)
-xxx-
Park Yoochun melangkahkan kakinya cepat-cepat menuju ruang guru ketika
dirinya baru saja teringat sesuatu yang penting. Sebenarnya Yoochun sudah
mengingat-ingatnya sejak tadi pagi dia akan berangkat ke sekolah, namun baru
sekarang ingatan itu kembali muncul dalam benaknya. Beruntung siang ini Yoochun
sudah tidak ada jam mengajar, jadi dia punya waktu bebas sampai pulang sekolah
nanti.
Setengah berlari, Yoochun
melirik sekilas ke arah jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya.
‘Hampir waktunya. Aish… sepertinya sudah mulai,’ batinnya panik.
Dengan segera, Yoochun menerobos masuk begitu
saja ke dalam ruang guru, menarik perhatian beberapa pasang mata yang ada di
sana. Suasana ruang guru di saat jam mengajar tak terlalu ramai, hanya ada
beberapa guru yang memang sedang tidak ada jam mengajar yang duduk di sana. Dan
sekarnag ini, hanya ada 3 orang guru termasuk sahabatnya yang tengah duduk di
kursi masing-masing. Dan ketiga orang itu menatap Yoochun heran.
“Yah, Jung Yunho,” seru Yoochun dengan nada yang agak tinggi begitu
matanya bertemu pandang dengan mata sipit Yunho.
“Apa?” sahut Yunho cepat
dengan nada kesal dan alis yang bertaut.
Tentu saja kesal.
Bagaimana tidak? Yoochun yang tiba-tiba masuk ke ruang guru, lalu langsung saja
memanggilnya dengan setengah berteriak seperti itu. Memang apa masalahnya?
Yoochun segera menghampiri
sahabatnya yang sejak selesai jam makan siang tadi sibuk membaca buku. Dengan
muka serius, Yoochun menatap Yunho tajam, mengundang kerutan dalam di dahi
Yunho.
“Apa?” tanya Yunho lagi.
Melihat tingkah aneh rekan kerja sekaligus sahabatnya ini membuat Yunho kesal
tapi juga penasaran. Sepertinya ada sesuatu yang sangat penting.
Yoochun mengatur napasnya
sejenak. Agak lelah juga meski dia cuma berlari kecil dari toilet menuju ruang
guru yang jaraknya tak begitu jauh. Sementara Yunho masih menatapnya dengan
tatapan bingung bercampur kesal.
“Yun,” katanya pelan
sambil menepuk pundak kiri Yunho, “Ikut aku sekarang.”
“Eh?” tandas Yunho cepat,
dia masih belum bisa membaca situasi sekarang, “Kemana? Memangnya ada apa?”
“Sudahlah, ikut saja,”
jawab Yoochun dengan nada malas, “Aku malas menjelaskannya.”
“Tapi—”
Belum sempat Yunho menyelesaikan
kalimat protesnya, Yoochun sudah menarik lengannya kuat dan membuatnya berdiri
seketika dari tempat duduknya. Yunho hanya bisa bergumam tidak jelas sembari
meletakkan bukunya asal karena Yoochun langsung menyeretnya berjalan keluar
dari ruang guru.
“Yah
Pa rk
Yoochun, aku bisa jalan sendiri,” erang Yunho kesal sambil melepaskan
cengkeraman tangan Yoochun pada lengan kirinya.
Yoochun yang melihat Yunho sudah
memasang muka kecut langsung melepaskan cengkeramannya dan berkata dengan nada
tegas, “Ikut aku ke kan tin.”
“Mau apa?” tandas Yunho cepat seraya
menghentikan langkahnya, membuat Yoochun yang beberapa langkah di depannya ikut
berhenti.
Yoochun berdecak kesal melihat Yunho
yang sedang sangat tidak bisa diajak berkompromi hari ini, “Sudah, ikut saja
dulu. Aku jelaskan nanti,” katanya dengan nada tidak sabar, sambil matanya
melirik cemas ke arah jam tangannya.
Yunho yang masih tidak mengerti
juga, hanya berdiri terpaku di tempatnya sambil memandang Yoochun lekat-lekat,
berusaha menerka apa yang tertulis di wajah sahabatnya itu.
Sementara Yoochun yang sudah habis
kesabarannya langsung saja menarik lengan Yunho lagi agar berjalan
mengikutinya. Meski Yunho protes dan meronta, Yoochun tetap menyeret namja itu menuj ke kan tin. Ini adalah ur usan penting yang mendesak. Dan Yoochun
sedang tidak ingin membuang waktu sekarang.
Suasana kan tin
sepi begitu kedua namja sebaya ini
sampai di sana .
Hanya ada beberapa oran g wanita berusia antara
40-50 tahun yang bekerja sebagai penjaga kan tin
yang ada di sana .
Mereka pun tampa k sibuk dengan pekerjaan
masing-masing —membersihkan meja, mencuci piring, menata makanan ringan di rak,
dan hal bersih-bersih lainnya—, sehingga hanya menatap sekilas ke arah Yochun
dan Yunho yang memasuki kantin.
Yunho yang sudah lelah menggerutu
dan meronta sejak tadi akhirnya memilih untuk diam dan membiarkan Yoochun
membawanya. Langkah kaki mereka baru berhenti ketika mereka sampai di depan
sebuah televisi berukuran sedang yang ada di kan tin.
Yoochun membalikkan badannya dan
menatap Yunho dalam, lalu melepaskan cengkeraman tangannya dari lengan Yunho
kemudian berkata, “Lihat itu.”