SKANDAL
Tataplah mataku.
Percayalah padaku, percayalah padaku.
Jika ada yang harus kau dengar, dengarlah dariku.
* * *
a YUNJAE fanfiction
Skandal © Kristalicia
Rizki
Disclaimer : They belong
to God. This fanfiction belongs to me.
Rate : PG-15
Warn : YAOI, Shounen-ai,
BoyXBoy, BL, OOC, Typo(s).
* * *
“KIM JAEJOONG!”
“OPPA!”
“KIM JAEJOONG SARANGHAE!”
“JAEJOONG OPPA!”
Pekikan yeoja-yeoja memenuhi
sebuah studio di salah satu stasiun TV terkenal di Korea Selatan yang sedang
digunakan sebagai tempat syuting sebuah acara musik yang terkenal, baik di Korea
maupun di luar negeri. Yeoja-yeoja itu kompak meneriakan fan-chant
mereka ketika seorang penyanyi solo pria tengah membawakan lagunya di atas
panggung. Tak henti-hentinya para yeoja
itu histeris melihat penampilan idolanya. Kedua tangan mereka dengan erat
memegang fan-board, lightstick, atau banner.
Penyanyi solo pria yang piawai menyanyi dan terkenal dengan suara
yang luar biasa ini bernama Kim Jaejoong. Memulai debutnya sejak umur 20 tahun,
namja berkulit putih serta berwajah
tampan ini sudah bergelut di dunia
entertainment selama kurang lebih 6 tahun. Berbagai penghargaan telah diraihnya sejak masa
keemasannya. Bahkan, Kim Jaejoong menjadi salah satu penyanyi yang telah diakui
oleh banyak komposer dunia.
Albumnya berhasil menggebrak pasar
musik Korea
dan Jepang. Single-nya mencetak rekor
dengan jumlah unduhan terbanyak. Konsernya di berbagai negara di Asia menuai banyak pujian dan berhasil menyedot puluhan
ribu penonton. Tak dipungkiri, konser solo perdananya di Eropa juga sukses
besar. Bisa dikatakan, Kim Jaejoong adalah ikon musik Korea yang paling bersinar.
Tapi, 2 tahun yang lalu tidaklah
sama dengan sekarang.
“Kamsahamnida,”
ucap penyanyi bersuara emas ini di penghujung lagunya. Namja yang akrab disapa Jaejoong ini membungkukkan badannya
sembilan puluh derajat, kemudian tersenyum pada fansnya sebelum turun dari panggung.
Manajer Jaejoong, yaitu pria berusia
di akhir 30,
segera menghampirinya dan menyodorkan sebotol air mineral. Jaejoong menerimanya
dan meneguk air tersebut.
“Jaejoong-ah, Presdir Baek ingin bertemu denganmu hari ini,” kata manajer
yang bernama Kim Junsu.
Jaejoong menatap sekilas pada
manajer-nya, “Ada
apa? Tumben mendadak,” ucapnya, sambil berjalan menuju mobil van-nya.
“Ada yang ingin beliau bicarakan denganmu,”
jawab sang manajer. Begitu mereka sampai di depan van, Junsu segera membukakan pintu mobil untuk Jaejoong. Jaejoong
menatap sekeliling sebelum masuk ke dalam mobil.
‘Rasanya ada yang kurang,” batin
Jaejoong sebelum masuk ke dalam mobil. Junsu menutup pintu, kemudian menyusul masuk
ke dalam mobil, duduk di kursi samping pengemudi.
“Bicara tentang apa, hyung?” tanya Jaejoong sembari mengeluarkan
ponsel miliknya dan mulai sibuk menekan-nekan
layar ponsel touch
screen-nya.
“Soal itu…” Junsu terdiam sejenak
sebelum kemudian melanjutkan kalimatnya, “aku juga kurang tahu, Jaejoong-ah.”
“Um, baiklah,” gumam Jaejoong.
Dirinya sudah mulai tenggelam dalam kesibukan dengan ponselnya, sementara Junsu melirik Jaejoong
dari kaca spion. Tatapan matanya seolah khawatir sekaligus was-was. Ini bukan
pertanda baik.
* * *
Kim Jaejoong berjalan menyusuri
salah satu koridor di gedung kantor agensinya. Sesekali tangannya bergerak
untuk merapikan rambutnya. Tak lupa, Jaejoong tersenyum dan sedikit menundukkan
kepalanya ketika berpapasan dengan orang-orang yang dikenalnya. Kakinya
melangkah menuju ruangan CEO agensinya, yaitu Presdir Baek.
“Temui Presdir Baek
di ruangannya,” kata Junsu sebelum Jaejoong turun dari van tadi.
“Hyung tidak ikut?”
tanya Jaejoong heran.
“Ani. Katanya
Presdir ingin bicara berdua denganmu,” jawab Junsu, kemudian tersenyum
canggung. “Aku tunggu disini, lalu kita pergi minum, bagaimana?” Jaejoong hanya
mengangguk sebagai jawaban, kemudian turun dari mobil.
Sepanjang jalan menuju ke ruangan
Presdir Baek, Jaejoong terus berpikir apa yang hendak dikatakan Presdir Baek
padanya. Namun lamunannya terhenti ketika dirinya menyadari telah sampai di depan ruangan
Presdir Baek.
“Annyeong,
Reika-sshi,” sapa Jaejoong pada
sekretaris Presdir Baek.
“Annyeong,
Jaejoong-sshi. Presdir sudah
menunggu, silahkan langsung masuk saja,” ujar yeoja berambut sebahu itu.
“Ah, ne,” sahut Jaejoong sembari mengangguk samar.
Kakinya mulai melangkah lagi
mendekati sebuah pintu. Diketuknya pintu itu beberapa kali.
“Masuk,” sahut seseorang di dalam.
Segera Jaejoong meraih gagang pintu dan membuka pintu itu perlahan.
Iris hitamnya menangkap sosok pria yang tengah duduk di
balik meja dan terlihat sibuk menangani beberapa berkas. Jaejoong berjalan
memasuki ruangan itu dan berhenti beberapa langkah dari meja kerja sang CEO.
“Permisi, Presdir,” sapa Jaejoong
sambil membungkukkan badannya.
“Oh, Jaejoong, kau sudah datang?”
sahut Presdir Baek, tangannya sibuk merapikan beberapa kertas yang berserakan
di atas mejanya.
“Ne.”
Presdir Baek segera bangkit dari
duduknya, “Mari, silahkan duduk,” ucapnya sambil mempersilahkan Jaejoong untuk duduk di sofa yang ada
di pinggir ruangan.
“Ne,
kamsahamnida,” kata Jaejoong,
kemudian duduk bersebrangan dengan Presdir Baek.
“Ada yang ingin kubicarakan denganmu,” kata
Presdir Baek memulai pembicaraan. Jaejoong hanya diam, menunggu Presdir Baek
melanjutkan kalimatnya.
“Kau tentu tahu,
saat ini banyak bermunculan grup-grup baru,” lanjut Presdir Baek.
Jaejoong menelan ludahnya gugup,
mendadak tenggorokannya terasa kering. Sepertinya Jaejoong tahu arah
pembicaraan ini.
“Mereka mulai menggebrak pasar musik
saat ini. Sepertinya masyarakat ingin sesuatu yang baru, muda dan enerjik.”
Lagi-lagi Jaejoong menelan ludahnya gugup. Ini bukan pertanda baik.
Dan Jaejoong harus bersiap untuk segala kemungkinan terburuk.
“Dan penjualan albummu kali ini
menurun dari album sebelumnya. Kau tahu maksudku, ‘kan ?” ucap Presdir Baek sembari menatap
Jaejoong dengan pandangan tegas. Jaejoong hanya balas menatap Presdir Baek
dengan pandangan ragu.
“Popularitasmu mulai menurun, Kim
Jaejoong, kau kalah bersaing dengan para grup baru itu,” kata Presdir Baek.
Meski suaranya terdengar tegas, namun batinnya sebenarnya tidak ingin
mengatakan ini. “Lakukanlah sesuatu, supaya kau bisa kembali mendapatkan
perhatian masyarakat dan mendongkrak penjualan albummu. Lakukanlah apa pun asal
tidak melanggar hukum. Kalau perlu, buatlah skandal.”
“Ne?”
tandas Jaejoong cepat. Sepertinya dia tidak percaya pada apa yang telah dia
dengar.
“Skandal. Buatlah skandal dengan
salah satu artis,” sahut Presdir Baek tegas.
Jaejoong mengerjapkan matanya
beberapa kali. Apa ini? Skandal? Dia harus membuat skandal?