• Always Keep The Faith!

    The five of us working together could be consider as fate. Five different people feeling as one, happiness multiplied by five, sorrow is just 1/5. This is called happiness. To me, TVXQ is just like a family, a home. No matter how far we’re separated, we’ll come back together one day. TVXQ is just such an important place for us. - U-know Yunho, Fujin kouron magazine 2009

  • Are you envied at us?

    This red ocean is belong to Cassiopeia and TVXQ, just for your information.

  • Humanity Strongest's Soldier

    Thanks to you, Rivaille, for looking so DAMN HOT although you're 160cm. xD /kicks/

20 November 2013

Mencari Jalan Menuju Fakultas Teknik

Dimana Universitas Diponegoro berada? Universitas Diponegoro terletak di Semarang. Kalau Anda ingin mencari dimana Fakultas Teknik, maka pergilah ke daerah bernama Tembalang. Mudah saja menemukannya. Di pinggir jalan menuju ke Tembalang sudah ada petunjuk arah kemana kita harus berbelok agar sampai di Tembalang. Bila Anda sudah melewati Patung Kuda, berarti arah Anda sudah benar dan kekhawatiran tentang tersesat menjadi lebih kecil. Lalu kemana arah menuju Fakultas Teknik?
Apabila Anda melihat sebuah gapura besar dengan logo UNDIP yang terdapat di sana dan gapura tersebut melintang di sepanjang jalan serta berada di antara SPBU dan Gedung Serba Guna (GSG), Anda perlu melewatinya dan bergerak lurus terus ke depan. Jika Anda menggunakan kendaraan pribadi, tentu akan lebih praktis dan nyaman. Namun jika Anda memilih untuk berjalan kaki agar sekaligus untuk berolahraga ringan, maka energi yang Anda butuhkan akan cukup banyak, karena jalan yang akan dilewati berupa jalan naik-turun yang trotoarnya pun kurang nyaman bagi pejalan kaki. Bila Anda menggunakan kendaraan umum, Anda juga tidak perlu repot karena kendaraan umum yang harus Anda naiki hanya satu, yaitu angkutan yang berwarna kuning. Anda perlu mengatakan tujuan Anda pada supir angkutan, misal kampus S-1 Teknik Sipil, maka angkutan umum tersebut akan mengantarkan Anda sampai tujuan. Tarifnya pun hanya Rp. 2500,-, cukup terjangkau bagi kantung mahasiswa. Dari gapura UNDIP tersebut Anda akan menemukan sebuah perempatan pertama dengan lalu lintas penyeberangan yang biasanya padat. Anda hanya perlu lurus saja. Tidak jauh dari perempatan itu, Anda kemudian akan menemukan sebuah pertigaan dengan masjid kampus di kiri jalan yang berada beberapa meter dari pertigaan tersebut. Anda hanya perlu bergerak lurus saja. Anda akan melewati sebuah jembatan dan Anda akan menemukan sebuah bundaran. Dari sana, Anda beloklah ke kiri. Sekarang Anda mulai memasuki area kampus Universitas Diponegoro. Fakultas Teknik yang Anda cari mudah ditemukan, karena berada tidak jauh dari jalur utama dan berkelompok dalam satu area. Jurusan Teknik Sipil adalah kampus pertama yang akan Anda temui. Kampus Sipil, yang bangunannya paling berumur dibandingkan dengan bangunan-bangunan kampus lainnya karena sudah berdiri seiring dengan berdirinya Fakultas Teknik, berada tak jauh dari jalur utama. Begitu Anda melewati gedung kembar ICT, Anda akan menemukan sebuah perempatan pertama. Belok ke kiri dan maju beberapa meter, Anda sudah akan menemukan gerbang kampus Sipil. Kampus Sipil berada tepat di depan Student Center atau mahasiswa biasa menyebutnya PKM Baru. Anda dapat masuk ke sana, mungkin untuk sekadar melihat-lihat bagaimana kampus Sipil, apakah sesuai dengan bayangan Anda dan apakah sesuai dengan penerapan ilmu Sipil itu sendiri.
Pada dasarnya tidak susah untuk mencari letak kampus Fakultas Teknik Universitas Diponegoro. Selain karena jalannya yang tidak terlalu banyak bercabang, lingkungan sekitar kampus yang selalu ramai bisa membantu Anda dalam menanyakan arah pada orang yang berada di sekitar situ. Yang juga tak kalah penting adalah tujuan Anda harus jelas, agar Anda tidak membingungkan diri Anda sendiri. Jangan malu bertanya. Ingat pada pepatah yang mengatakan, “Malu bertanya, sesat di jalan.”

8 November 2013

SKANDAL - Chapter 3

SKANDAL
Chapter 3

-xxx-

Suasana koridor sekolah setelah bel masuk berbunyi tampak lengang. Terkadang hanya ada beberapa guru, siswa, atau petugas kebersihan yang lewat. Selebihnya, semua orang berada di dalam kelas.
            Namun suasana koridor yang hening sedikit terusik dengan adanya suara derap langkah kaki. Seorang namja berumur 20-an, yang merupakan guru biologi di sekolah ini tampak sedang berjalan-jalan di koridor dengan santai, sembari sesekali menyesap segelas kopi yang ada di tangannya. Park Yoochun, begitu nama lengkap namja bersuara husky ini, mengisi kegiatannya dengan berjalan-jalan santai, karena dia tidak ada jam mengajar pagi ini. Kakinya melangkah menyusuri koridor yang sepi. Matanya sesekali menengok ke dalam kelas dan menyapa guru-guru yang sedang mengajar dengan sebuah anggukkan.
            “Hah~” Yoochun menghela napas pelan.
            Sebenarnya dia juga bosan harus jalan-jalan sendirian seperti ini, tapi cuma duduk di ruang guru itu lebih membosankan. Biasanya dia sering menghabiskan waktu luang bersama sahabatnya yang seorang guru matematika, Jung Yunho. Tapi sahabatnya itu ada jam mengajar pagi ini. Yoochun meneruskan langkahnya dengan malas.
            ‘Mungkin duduk di taman lebih baik,’ pikir Yoochun, sambil melangkah menuju taman yang ada di samping sekolah.
            Yoochun menghabiskan seteguk kopinya dan membuangnya di tempat sampah yang berada di dekat pintu masuk ruang kelas yang dilewatinya. Yoochun melongok sedikit ke dalam untuk melihat siapa guru yang mengajar.
            ‘Oh, Yunho,’ batin Yoochun sambil tersenyum ke arah sahabatnya yang sedang duduk di balik meja guru itu, berharap sahabatnya itu melihatnya.
            Namun senyum di wajah Yoochun hilang ketika mendapati Yunho kini sedang menyangga kepalanya yang tertunduk dengan telapak tangan kanannya, sementara jemarinya tampak memijit pelipisnya. Yoochun maju beberapa langkah dan melihat lebih ke dalam. Suasana kelas yang hening dan masing-masing dari mereka tampak sibuk mengerjakan sesuatu membuat Yoochun berasumsi bahwa mereka sedang mengerjakan ulangan.
            Yoochun mengernyit ketika matanya menangkap beberapa siswa yang duduk di belakang saling melempar kertas contekan. Hei, dia juga guru. Dan dia tidak suka melihat murid yang menyontek. Segera dialihkan pandangannya kepada Yunho, mencoba melihat tindakan apa yang akan Yunho lakukan.
            Yoochun terkesiap kaget ketika mendapati Yunho masih memijit-mijit kepala. Yunho tampak acuh pada murid-muridnya, tak peduli meski beberapa dari mereka mulai menyontek saat ulangan. Atau… dia tidak tahu kalau ada yang menyontek? Tidak, itu mustahil. Biasanya Yunho akan mengawasi murid-muridnya dengan tegas saat ulangan. Bahkan ketika ada yang tertangkap basah sedang menyontek, Yunho tidak segan untuk langsung merobek lembar jawab siswa itu.
            Lalu, kenapa Yunho bersikap tak seperti biasanya?
            Yoochun mempertajam penglihatannya dan mengamati Yunho lekat. Wajah Yunho memang terlihat lelah, tak seperti biasanya. Waktu Yoochun menyapa Yunho tadi pagi di ruang guru, Yunho juga terlihat lemas.
            ‘Apa ada yang sedang mengganggu pikirannya?’ batin Yoochun sambil berjalan meninggalkan kelas itu. Dia tidak mau terlalu lama berdiri di sana dan nantinya malah mengganggu kegiatan belajar-mengajar.
            ‘Mungkinkah ini berhubungan dengan Jaejoong?’
*          *          *
            “Yak, Jung Yunho!” panggil Yoochun ketika melihat Yunho berjalan masuk ke ruang guru.
            Yunho melirik Yoochun sekilas, kemudian melanjutkan langkahnya berjalan ke mejanya. Diletakkannya setumpuk buku di atas meja. Baru saja Yunho ingin duduk dan sedikit mengistirahatkan tubuhnya di kursi, seseorang menarik lengannya kuat.
            “Setelah ini kau tidak ada jam mengajar, ‘kan?” tanya Yoochun sambil menggenggam erat lengan Yunho, menahan namja itu agar tidak duduk dulu.
            “Tidak. Maka dari itu aku ingin tidur sebentar disini. Aku lelah, Park Yoochun, dan aku sedang tidak ingin bermain denganmu,” jawab Yunho ketus sembari memasang ekspresi kecut.
            “Ikut denganku,” ujar Yoochun. Ditariknya lengan Yunho dan dibawanya sahabatnya itu beranjak dari ruang guru.
            “Yah~! Park Yoochun! Lepaskan,” raung Yunho sambil mencoba melepaskan diri dari Yoochun.
            Beberapa guru lain yang ada di ruang guru menatap mereka dengan tatapan bingung. Yoochun hanya mendengus pelan dan tidak memedulikan Yunho yang terus berontak.
            “Kau mau apa, Park Yoochun?” tanya Yunho dengan nada kesal. Akhirnya dia menyerah dan pasrah saja mengikuti langkah Yoochun. Dia tak punya cukup tenaga untuk berontak. Semalam dia kurang tidur dan hari ini tubuhnya terasa lemas.
            “Ada yang ingin kubicarakan denganmu,” jawab Yoochun singkat tanpa menoleh sedikit pun ke arah Yunho. Yunho mengerutkan dahinya dan menatap Yoochun bingung.
            “Kalau begitu, dibicarakan di ruang guru saja bisa ‘kan?”
            “Aish, sudahlah, jangan berisik terus, Jung Yunho. Sekarang masih ada jam pelajaran, kau ingat itu ‘kan?
            Yunho memutuskan untuk mengunci mulutnya dan hanya mengikuti langkah Yoochun saja. Semakin cepat urusan mereka selesai, semakin cepat pula Yunho bisa tidur sejenak di ruang guru.
            Yoochun baru melepaskan tangannya dari lengan Yunho ketika mereka sampai di atap sekolah. Angin yang berhembus cukup kencang langsung menyambur kedua namja ini ketika mereka membuka pintu yang menghubungkan ke atap sekolah. Yoochun melangkah pelan dan berhenti di tengah-tengah.
            Yoochun kemudian membalikkan tubuhnya dan menatap Yunho tajam, sambil menyilangkan kedua tangannya di dada, “Apa yang Kim Jaejoong katakan padamu?” tanya Yoochun tiba-tiba.
            Yunho tersentak kaget, alisnya bertaut menatap Yoochun, “Apa maksudmu?”
            “Kau menemui Kim Jaejoong, bukan?”
            Yunho hanya diam, kepalanya menunduk dalam. Kaki jenjangnya melangkah perlahan menuju ke samping, ke bagian dinding setinggi 1 meter yang membatasi area atap sekolah. Tubuhnya disandarkan ke dinding, sementara kedua sikunya bertumpu pada bagian atas dinding. Kepalanya menegadah, menerawang ke langit biru tak berawan.
            “Tidak ada yang dia katakan,” kata Yunho lirih. Yoochun berjalan perlahan menuju ke tempat Yunho berdiri dalam diam, membiarkan Yunho melanjutkan kalimatnya.
            “Aku sudah mengetuk pintu dan memanggil namanya, tapi dia tidak keluar untuk menemuiku,” lanjut Yunho, “Aku yakin dia ada di dalam. Tapi…” Yunho menggantung kalimatnya. Ditariknya napas dalam-dalam untuk menghilangkan rasa sesak di dadanya.
            Yoochun berdiri di samping Yunho dan menyandarkan tubuhnya juga pada dinding. Matanya menatap lurus ke depan sementara telinganya setia mendengar cerita Yunho.
            “Mungkin memang dia tidak ingin melihatku lagi. Dan kurasa… hubungan ini memang berakhir hanya sampai di sini.”
            Yoochun terperangah kaget mendengar kata-kata Yunho. Tanpa sadar tangannya meraih kerah baju Yunho dan menariknya kuat, membuat Yunho berdiri tepat di depannya. Kedua bola matanya menatap Yunho tajam. Sebelah tangannya yang terkepal hendak melayangkan sebuah pukulan ke wajah sahabatnya itu.
            Yunho yang tahu Yoochun akan memukulnya memilih untuk tidak berontak sedikit pun. Dia tahu kalau dirinya memang pantas mendapatkan itu. Mata bak musangnya balas menatap Yoochun. Terlihat jelas gurat kemarahan di wajah tampan Park Yoochun.
            “Yah, Jung Yunho~!” seru Yoochun sambil mempererat cengkraman tangannya di kerah baju Yunho, “Apa seperti ini sikap seorang Jung Yunho yang aku kenal?! Jung Yunho yang kukenal bukanlah pengecut yang pesimistis seperti ini. Dia seorang yang tidak mudah putus asa dan teguh pada pendiriannya,” ujar Yoochun lantang, tepat di depan wajah Yunho.
            Yunho menghela napas berat. Kepalanya sedikit tertunduk untuk menyembunyikan ekspresi kepedihan di wajahnya. Kepalan tangan Yoochun terangkat dan siap untuk memukul Yunho, namun sedetik kemudian Yoochun mendengus kesal dan menurunkan kepalan tangannya. Dia melepaskan cengkraman tangannya pada kerah Yunho dan sedikit menghentakkannya, membuat Yunho mundur selangkah ke belakang.
            Yoochun cepat-cepat membuang mukanya, sementara Yunho menatapnya dengan perasaan bersalah karena telah membuat Yoochun khawatir padanya sampai seperti ini.
            “Mianhe, Yoochun-ah,” ujar Yunho lirih. Kepalanya menunduk dalam, matanya sibuk menekuri lantai.
            Yoochun menolehkan kepalanya dan menatap Yunho. Ada sebersit rasa penyesalan yang menghampirinya ketika dia menyadari perbuatan yang baru saja dilakukannya pada Yunho.
            “Aku… aku pikir semuanya akan baik-baik saja. Aku pikir Jaejoong masih…” lagi-lagi Yunho menggantung kalimatnya. Dadanya kembali terasa sesak tiap kali dia memikirkan Kim Jaejoong. Dia merasa kalut dan bingung, tak tahu harus bagaimana.
            “Bukankah selama ini kau mempercayainya? Bukankah sebelum skandal ini, tiap kali aku memberitahu gosip tentang Kim Jaejoong, kau akan dengan tegas menyangkalnya dan mengatakan kalau kau percaya pada Kim Jaejoong? Lalu sekarang apa?”
            “Aku tidak tahu. Aku merasa seharusnya semuanya tidak seperti ini. Tapi Jaejoong…”
            “Yunho,” potong Yoochun, nada suaranya rendah dan tegas. Matanya menatap lurus ke arah Yunho yang kini sudah mengangkat kepala dan balas menatapnya. “Yakinkan dan buktikanlah kalau rasa percayamu pada Kim Jaejoong selama ini tidak pernah salah.”
*          *          *
            Jung Yunho menginjak pedal gas kuat, membuat mobilnya melaju cukup kencang di jalanan kota Seoul malam ini. Meski jam hampir menunjukkan waktu tengah malam, tapi sepertinya penduduk Seoul masih enggan untuk berhenti dari aktifitas mereka. Terlihat dari kondisi jalan yang maish ramai dengan kendaraan.
            Yunho menatap lurus ke depan. Dikatupkannya rahangnya kuat-kuat. Kata-kata Yoochun siang tadi di atap sekolah masih jelas membekas di pikirannya, membuat namja bermarga Jung satu ini memutuskan untuk pergi ke rumah Jaejoong sekali lagi. Dan kali ini dia tidak akan menyerah. Dia siap untuk melakukan apa saja, asal dia bisa bertemu dengan kekasihnya.
            ‘Aku akan melindungimu, Jae,’ batin Yunho sembari tangannya mencengkeram kuat stir mobil.
            Perlahan Yunho menginjak pedal rem, membuat roda-roda mobilnya bergerak lebih pelan dan akhirnya mobil hitam milik Yunho berhenti beberapa meter dari rumah Kim Jaejoong. Dimatikannya mesin mobilnya dan dilepaskannya sabuk pengaman dari tubuhnya. Diliriknya jam tangan yang setia melingkar di pergelangan tangan kirinya sekilas.
            Yunho mencoba merilekskan tubuhnya dengan beberapa kali menghirup napas dalam-dalam. Mata sipitnya menatap tepat ke arah rumah Jaejoong. Dengan kedua tanan yang terlipat di depan dada, Yunho berusaha memikirkan langkah yang akan dia lakukan selanjutnya.
            ‘Apa aku harus kesana dan mengetuk pintu? Atau langsung masuk saja? Aish, apa yang harus kulakukan sekarang,’ batin Yunho sembari mengacak rambutnya frustasi.
            Yunho mengarahkan pandangannya ke kaca spion yang ada di atasnya dan di sampingnya, mencoba mengamati keadaan di sekeliling rumah Jaejoong. Tampak tidak ada wartawan bahkan seorang pun yang terlihat. Yunho menaikkan retsleting jaketnya sampai ke dagu. Setelah menghembuskan napas kuat-kuat, tangan Yunho bergerak untuk membuka pintu mobil dan bersiap untuk keluar.
            Tapi entah ada bisikan darimana, Yunho menghentikan jemarinya yang sudah memegang kenop pintu. Mendadak dia mengurungkan niatnya untuk keluar dari mobil dan pergi menemui Jaejoong. Yunho mengerjapkan matanya beberapa saat sembari menimbang-nimbang pilihan yang ada di hadapannya, keluar dari mobil dan menemui Jaejoong atau menunggu sejenak di dalam mobil.
            Perlahan jari-jari Yunho lepas dari kenop pintu. Disandarkannya kembali punggungnya di kursi pengemudi, sementara tangannya memukul stir mobil dengan cukup keras.
            Yunho tidak banyak bergerak setelah itu. Kedua tangannya masih memegang stir mobil dan matanya menatap rumah Jaejoong lekat. Cukup lama Yunho terdiam di dalam mobilnya sementara pikirannya mengembara entah kemana.
            Yunho kembali tersadar dari lamunan kosongnya ketika menangkap ada gerakan dari pintu rumah Jaejoong. Pintu itu membuka perlahan. Yunho menegakkan tubuhnya dan mencondongkan tubuhnya ke depan, sembari berusaha mempertajam penglihatannya, bersiap untuk mengantisipasi apa pun yang terjadi setelah ini.
            Tak berapa lama kemudian, tampak seorang yeoja dengan rambut sebahu keluar dari rumah Jaejoong, disusul oleh Jaejoong yang berdiri di ambang pintu. Mereka berdua tampak berbicara satu sama lain, sampai akhirnya yeoja itu berjalan meninggalkan rumah Jaejoong menuju sebuah mobil silver yang terparkir di seberang rumah Jaejoong. Jaejoong masih berdiri di ambang pintu dan tampak sedang memperhatikan yeoja itu, sementara yeoja itu memasuki mobilnya.
            Yunho mengerjapkan matanya beberapa kali sambil terus mengamati wanita itu. Rambut pendek sebahunya membuat Yunho mengerutkan dahi, berusaha mengingat wajah yeoja yang terasa tak asing bagi Yunho. Tunggu, jangan-jangan yeoja itu… Wang Jihye?
            Yeoja itu menurunkan kaca mobilnya dan melambaikan tangan ke arah Jaejoong. Jaejoong yang melihatnya balas melambaikan tangan dan sebuah senyum menghiasi wajahnya. Mobil silver yang dikendarai yeoja itu perlahan berjalan dan meninggalkan rumah Jaejoong. Begitu mobil itu menghilang dari pandangan, Jaejoong kembali masuk ke dalam rumahnya dan menutup pintu.
            Tangan Yunho yang semula mencengkeran stir mobil erat kini terjatuh lemas ke samping tubuhnya. Jantungnya berdegup kencang dan pikirannya sibuk berkelana.
            ‘Jadi… semua skandal itu benar? Jaejoong dan Wang Jihye…’ batin Yunho. Matanya menatap penuh tanya ke arah rumah Jaejoong. ‘Kenapa, Jae?’
*          *          *
   
-to be continued-

1 November 2013

SKANDAL - Chapter 2

SKANDAL
Chapter 2

-xxx-

Suasana apartemen Yunho malam ini sepi. Tak ada suara lain selain suara televisi. Namja pemilik apartemen ini pun hanya duduk di atas karpet berwarna coklat muda yang ada di ruang tengah dan sibuk dengan laptopnya. Jemarinya bergerak lincah di atas keyboard dan matanya menatap lurus ke arah layar laptop. Sesekali Yunho menghentikan aktivitasnya sejenak untuk menyesap segelas kopi yang ada tak jauh dari laptopnya.
            “Apa Jaejoong benar-benar tidak mengatakan sesuatu padamu tentang ini?” tiba-tiba kata-kata Yoochun pagi tadi melintas di benak namja bermarga Jung ini. Seketika jemarinya berhenti bergerak dan matanya hanya menatap kosong.
            “Skandal. Kim Jaejoong terlibat skandal dengan aktris Wang Jihye. Kau benar-benar tidak tahu?” Yunho terdiam dan memikirkan kata-kata Yoochun pagi tadi.
            Jaejoong terlibat skandal? Yunho sama sekali tidak mendengar berita tentang skandal ini sebelumnya, sampai Yoochun mengatakannya pagi tadi. Jaejoong juga tidak mengatakan apa pun padanya. Bahkan penyanyi top Korea itu sulit untuk dihubungi beberapa hari ini.
            Dahi Yunho berkerut begitu mata sipitnya menangkap majalah yang tergeletak begitu saja di atas meja. Majalah dengan cover Kim Jaejoong dan aktris Wang Jihye. Majalah yang tadi pagi Yoochun tunjukkan padanya. Majalah nista yang Yunho letakkan sembarangan saat dia mengeluarkan laptopnya dari ransel.
            Yunho sama sekali belum membuka majalah itu. Entah karena alasan apa, tapi Yunho memilih untuk tidak menyentuh majalah itu. Itu yang ada di pikirannya tadi pagi, namun sekarang berbeda. Yunho berubah pikiran dan dia ingin membaca berita tentang skandal kekasihnya. Terlalu banyak pertanyaan yang berkelebat di otaknya, membuat tangan Yunho bergerak meraih majalah itu.
            Diperhatikannya lekat-lekat sampul majalah itu. Setelah menarik napas dalam, Yunho mulai membuka majalah itu. Tak butuh waktu lama bagi Yunho untuk menemukan berita yang dia cari, karena toh berita skandal Kim Jaejoong ada di halaman pertama majalah itu.
‘Kim Jaejoong dan Wang Jihye Tertangkap Kamera Sedang Berpegangan Tangan’
            Yunho mengerutkan alisnya membaca headline berita itu. Bola matanya bergerak menelusuri tiap kata yang menjadi berita terhangat saat ini.
‘Kim Jaejoong, penyanyi papan atas Korea, tertangkap basah sedang berpegangan tangan dengan Wang Jihye di sebuah jalan di Apgujung, Sabtu malam lalu. Keduanya berjalan bersama menyusuri jalanan Apgujung. Meski mereka berdua memakai topi dan masker, tapi mata para fans setia Kim Jaejoong tidak pernah salah mengenali idola mereka,’
            Yunho mengamati sebuah foto yang menampilkan sosok seorang namja dan yeoja sedang berpegangan tangan. Foto tersebut agak buram, sehingga wajah namja dan yeoja yang mengenakan masker dan topi itu tidak terlalu jelas. Lama Yunho memperhatikan foto itu. Awalnya dia tidak percaya dengan kebenaran foto itu sebagai foto Kim Jaejoong dan Wang Jihye, namun ketidakpercayaannya sirna begitu dia mengenali sepatu yang dikenakan oleh namja dalam foto tersebut. Sepatu sneakers dengan kombinasi warna hitam-coklat itu milik Jaejoong. Yunho ingat benar ketika Jaejoong memamerkan sepatu itu kepadanya beberapa waktu lalu. Itu sepatu yang Jaejoong beli ketika dia tour ke Jepang.
            ‘Benarkah?’ tanya Yunho dalam hati sembari menghela napas berat.
‘Diduga kedua selebriti yang berada dalam agensi yang sama ini tengah menjalin suatu hubungan istimewa. Apakah mereka sedang berkencan?’
            Yunho mengatupkan rahangnya kuat-kuat tiap membaca kalimat demi kalimat yang ada di berita itu. Dia masih bisa menahan kekesalannya saat membaca berita itu sampai kalimat terakhir. Namun tidak setelah Yunho melihat sebuah foto di sudut halaman itu. Foto yang menampakkan seorang namja dan yeoja tengah berciuman di dalam mobil. Meski buram karena gelapnya kaca mobil, namun siluet mereka masih bisa dikenali. Refleks Yunho melempar majalah yang sudah agak kusut karena sedari tadi dia menggenggamnya dengan kuat selagi dia membaca beritanya.
            Emosi Yunho yang sudah dia tahan seharian ini sekarang meluap. Diambilnya ponsel yang tergeletak di atas meja dengan kasar. Ditekannya keypad ponselnya dengan cepat, sebelum kemudian menempelkan ponselnya ke telinga kanannya. Dia butuh penjelasan dari Jaejoong sekarang.
            15 detik berlalu, Jaejoong tak kunjung mengangkat panggilannya. Sampai akhirnya Yunho menyerah dan mengumpat kesal ketika operator telepon yang menyahut panggilannya. Dia melemparkan ponselnya ke atas sofa dengan kasar.
            “Argh!” erang Yunho sembari memegang kepalanya dengan kedua tangannya.
            Napas Yunho pendek-pendek dan jantungnya berdegup kencang. Tangannya mengacak rambutnya frustasi. Yunho menengadahkan kepalanya dan memejamkan matanya, sembari berusaha menenangkan dirinya. Yunho mencoba menarik napas panjang beberapa kali untuk meredam emosinya.
            “Kenapa, Jae? Kenapa seperti ini?” bisik Yunho.
            Ingatannya membawa Yunho kembali mengingat saat terakhir kali dia bertemu Jaejoong sebelum skandal ini mencuat. Saat itu Jaejoong tampak murung, tak seperti biasa. Tapi saat itu Yunho tak ambil pusing, karena dia pikir kekasihnya itu hanya sedang lelah.
            “Apa kau lelah bersamaku?”
            “Yunho-ya, kau percaya padaku ‘kan?”
            Pertanyaan yang Jaejoong lontarkan saat itu terngiang di benak Yunho. Yunho menegakkan tubuhnya dan irisnya menatap lurus ke depan. Perlahan semuanya terasa jelas. Memang ada sesuatu yang Jaejoong sembunyikan saat itu, tapi Jaejoong tidak mau mengakuinya ketika dia tanya tentang hal itu. Dan Yunho yakin yang disembunyikan Jaejoong pasti berkaitan dengan skandal ini.
            Mata Yunho mendadak terpaku pada layar televisi yang tengah menampilkan sebuah iklan tentang wisata Korea.
            “Apa yang terjadi, Jae?” tanya Yunho dengan suara lirih saat melihat bintang utama iklan itu adalah kekasihnya, Kim Jaejoong.
            Senyum Jaejoong di iklan tersebut membuat namja bermarga Kim itu terlihat sangat manis meski tubuhnya dibalut dalam tuksedo hitam. Yunho tersenyum pahit melihat kekasihnya.
            ‘Aku percaya. Aku percaya padamu, Jaejoong-ah,’ ucap Yunho dalam hati, berusaha menguatkan dirinya.
Diberdayakan oleh Blogger.

Followers

ABOUT ME

Foto saya
Im a HUMANOIDS, not A-N-D-R-O-I-D~! I ♥ TVXQ. Fan of Lee Min Ho. Support VR46. Love watching SHINHWA Broadcast. :) me YUNJAE-shipper. not really into KPOP, but interest in JPOP esp ARASHI. member of GARUDA SIPIL 2013. ALWAYS KEEP THE FAITH!